Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Media Sosial, Pendidikan dan Eksistensi Negara

21 Januari 2025   07:14 Diperbarui: 21 Januari 2025   07:14 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penggalan Video anak SD Negeri Uluna`ai Hiligo`o (Sumber: tribunnews.com)

Baru-baru ini media sosial di hebohkan dengan beberapa anak SD yang membuat konten media sosial yang menggambarkan kondisi sekolahnya. Beberapa nak tersebut mengeluhkan guru yang tidak pernah masuk sekolah dan mengajar mereka. spesialnya lagi video tersebut diunggah ulang oleh sekretaris kabinet, Anak-anak tersebut adalah siswa SD Negeri 078481 Uluna'ai Hiligo'o yang berada di Dusun III, Desa Laowo Hilimbaruzo, Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias 

Dalam penggalan video anak-anak tersebut bernarasi "Ini kepada gurunya, tidak ada gurunya sama sekali, tidak ada. Ini kantor gurunya, sama sekali tidak ada sama sekali satu orang pun," kata salah satu siswa dalam video itu 

Masih dalam konten siswa yang lain juga berkeluh kesah karena tidak ada guru sama sekali dalam satu bulan. Imbuhnya, ketika guru datang, hanya membunyikan lonceng, tapi tidak memberikan pelajaran. 

"Kalau ada guru datang guru kan eh dipukul lonceng. Padahal saya enggak dikasih pelajaran. Coba pukul aja lonceng udah pergi mereka. Satu bulan aja tidak ada mereka. Senin, Selasa, enggak ada, Rabu tidak ada. Sedikit lagi satu bulan lah tidak ada mereka," ucap dia. 

Halk ini mendapatkan respomn yang sangat positif oleh Seskab Mayor Teddy Indra Wijaya , respon tersebut berupa tindakan nyata  . Tim diberangkatkan meninjau lokasi pada 18 Januari 2025. Ternyata, akses menuju sekolah tersebut tidaklah mudah. Faktanya Dari dusun induk di Desa Laowo Hilimbaruzo, jarak ke sekolah mencapai 8,5 Km. Kondisi jalanan desa induk ke sekolah juga merupakan jalan setapak, harus menyeberangi 13 sungai. Waktu tempuh dari dusun induk pun pun sekitar 2,5 sampai 3 jam perjalanan. 

Atas kondisi tersebut , Seskab mengeluarkan tiga solusi. Mulai dari pembuatan mess untuk guru, pembuatan jembatan penyeberangan, hingga membangun akses listrik. 

Media Sosial untuk Kesejahteraan.

Dalam konten tersebut netizen banyak menanggapi dengan beragam. Ada yang menaruh simpati kepada anak dan mencaci maki gurunya, ada yang mengeluhkan kondisi sekolah namun ada juga yang menunggu apa yang sebenarnya terjadi. Saya membayangkan apa yang terjadi jika anak-anak ini tidak membuta konten tersebut dan tidak kdi dengan oleh institusi negara dalam hal ini seskab. Saya apresiasi seskab bergerak cepat bahkan dimuat dalam mesdos resmi mereka dan ini wujud kehadiran negara dan selanjutnya memang membutuhkan laporan hal seperti ini dikarenakan negara mengurusi ribaun pulau yang membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat. Muatan media sosial berupa keluhan dan diketahui oleh orang banyak membuat kinerja institusi pemerintah lebih cepat karena pemerintah membutuhkan persepsi positif dari masyarakat terutama kabinet sekarang masih dalam kinerja 100 hari.

Sarana media sosial dapat membantu negara untuk mempercepat laju pembangunan bahkan hingga pemberantasan korupsi karena hal masyarakat pada umumnya telah memiliki akun pribadi terlebih mereka yang memiliki ribuan follower yang turut membantu percepatan ini.

Menariknya lagi bahwa seskab yang dalam hal ini mewakili negara bergerak cepat melihat kondisi tersebut. Kita yang berada di daerah kota kadang melihat hal itu miris karena setelah puluhan tahun merdeka ternyata masih ada yang merasakan hal tersebut. Solusi yang diambil  juga berupa hal yang sangat real dan nyata yang mungkin dalam waktu dekat akan terealisasi. Di sisi lain Netizen yang memberikan komentar yang kurang adil bahkan mencaci maki guru merupakan hal yang patut dikeluhkan bahkan dihubungkan dengan kenaikan gaji dan lain sebagainya. Kita masih bisa berfikir positif dengan adanya fakta bahwa ternyata kondisi alamnya begitu sangat menyulitkan. Dapat di bayangkan mereka yang tidak terbiasa mengajar di daerah dengan kondisi tersebut mungkin juga akan melakukan hal yang sama, bukan karena malas namun tata letak rumah dan sekolah yang sangat jauh membuat kehilangan banyak jam pelajaran hanya untuk menempuh lokasi sekolah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun