Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membimbing Murid, Memperbaiki Bangsa

21 Mei 2023   12:45 Diperbarui: 21 Mei 2023   22:47 2443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SD Paramount. Dokpri

Murid seringkali senang dan bangga ketika guru menkonversi  pemahamnnya dalam belajar dengan angka-angka penilaian. Semakin tinggi nilai angka semakin dianggap pintar dan cerdas. Sebaliknya semakin rendah nilai angka semakin dianggap tidak pintar dan cerdas. 

Hal ini mempengaruhi fokus belajar murid yang cendeurng fokus terhadap penilaian angka tinggi dari guru dan berkompetisi atau bersaing dengan teman-temannya. Belum lagi sistem pemeringkatan kelas yang dilakukan oleh guru itu juga menjadi salah satu pengaruh mootivasi belajar murid. Sebenarnya niat apresiasi  terhadap murid bukanlah hal yang buruk, jika digunakan pada prinsip-prinsip yang berihak kepada murid. Akan tetapi masih banyak dari kita yang belum memahami prinsip berpihak kepada murid.

Bagaimana perasaan murid jika dia mendapatkan peringkat paling bawah di kelasnya atau mendapatkan nilai ujian yang paling rendah, kemudian diumumkan di dalam kelas tanpa pengertian, atau penguatan dari guru dengan tepat?

Kecenderungan mengandalkan ujian atau evaluasi sumatif tanpa didasari atas pemahaman tentang `penilaian` itu sendiri, dapat menjadi bumerang dan sangat merugikan murid, bahkan dapat melemahkan potensi dan kekuatannya proses demi proses yang dilakukan muri dalam membangun dan mencari pengetahuannya juga sebaiknya menjadi perhatian utama para guru dari sanalah guru dapat penilaian proses belajar (formatif), yang juga dapat digunakan untuk membantu merefleksikan pembelajaran yang disusunnya.

Sehingga `semangat` perbaikan terus menerus dapat diinternalisasikan dalam diri dan menjadi pegangan setiap pendidik. Budaya-budaya seperti penilaian angka dan membuat peringkat kelas sebaiknya diubah dengan sistem penilaian dan apresiasi yang tidak membuat memperkuat harkat dan martabat anak/murid terkoyak, dan memahami tujuan pengukuran atau penilaian itu sendiri. penilaian atau pengukuran dimaksud untuk hasil dan dampak dari implementasi pembelajaran dari susut pandang murid.

Maka murid sebagai pusat pembelajaran bukan hanya sebagai `semboyan` atau `jargon` tetapi juga dapat termanifestasikan ke dalam proses belajar murid sehari-hari, misalnya membimbing murid untuk membangun koneksi atau konteks belajar terhadap dirinya sehingga ia mampu untuk menentukan tujuan belajarnya. 

Menciptakan tujuan belajar yang kondusif dan menyenangkan, sehingga murid berani bertanya dan berpendapat ketika ia ingin mengetahui dan memaknai sesuatu dapat difasilitasi dengan baik, bukan sebaliknya dilemahkan dengan stigma bahwa bertanya merupakan ciri murid yang tidak pandai atau tidak cerdas dan mendorong murid untuk mengembangkan keterampilan kerjasama dan goyong-royong membantu murid lain yang mengalami kesulitan belajar.

Dengan demikian bukan hanya kecerdasan pikiran yang murid dapatkan, melainkan juga ia juga dapat mengembangkan kecerdasan sosial emosional melalaui pengalaman belajar seuai dengan kebutuhannya. Penumbuhan dan pengembangan karakter murid kadang terabaikan dan tertutupi oleh pengembangan kecerdasan kognitif dalam proses pembelajaran. Padahal pendidikan karakter sama pentingnya dengan kecakapan kognitif murid dalam kehidupan dan penghidupannya kelak. 

Karakter yang menjadi nilai-nilai dan diyakini menjadi ciri khas setiap  murid, menjalani hidupnya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan kesadaran untuk berani bertanya dan berpendapat merupakan salah satu karakter yang perlu dimiliki murid untuk mengaktualisasikan diri dimana ia berada. 

Dengan karakter bertanya dan berani mengemukakan pendapat ia kan terus mengasah keterampilan berfikir kritisnya, mengembangkan kepekaannya pada lingkungan sekitar dan memajukan bangsa dan negaranya. Untuk mewujudkan itu mustahil murid akan melakukannya sendiri. Kodarat manusia yang merupakan manusia sosial yang membutuhkan bantuan orang lain tidak mungkin bisa dihapus. Oleh karenanya karakter khas bangsa Indonesia yang didasarkan juga atas kodrat sebagai mahluk sosial yaitu gotong royong atau bekerjasama menjadi salah satu karakter penting yang murid dapat temukan dalam pengalaman belajarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun