Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mempersiapkan Anak agar Siap Mengisi Zamannya

20 Mei 2023   08:43 Diperbarui: 20 Mei 2023   08:44 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat pendemi melanda dunia wajah pendidikan ikut mengalami penyesuaian-penyesuaian agar pendidikan terus berlangsung. Hal ini tidaklah mudah karena para guru, murid dan semua stake holder harus menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam beberapa hal guru sudah merasa nyaman dengan metode ceramah dan mereka menganggap bahwa metode tersebut tidak ada masalah karena sepanjang pengamatan mereka, keadaan murid baik-baik saja, mereka hidmat mendengarkan dengan keadan kelas yang begitu tenang. Dalam hal evaluasi juga guru masih tertumpu pada evaluasi tertulis angka sebagai salah satu bahan evaluasi utama untuk akhir semester. Namun benarkah metode ceramah membuat murid sudah nyaman? ataukah guru belum melakukan penelitian bahwa metode tersebut justru membosankan?.

Jika kita teliti lebih jauh metode ceramah untuk generasi millenial tidaklah tepat meskipun dalam beberapa hal masih tetap di gunakan. Namun jika hal tersebut digunakan setiap hari makan anak-anak cenderung bosan dan akibatnya mereka mengantuk, bermain sendiri, pikirannya melayang dan tidak fokus meskipun kelihatannya mereka memperhatikan dari apa yang diberikan oleh guru. Anak-anak yang bermain, tidak fokus danmengantuk adalah cerminan bosan dan merasa tidak menarik dengan apa yang disampaikan oleh guru. Mereka lebih memilih belajar sendiri di rumah atau dengan cara mereka sendiri seperti menggunakan sumber youtube dan internet karena dirasa lebih menarik dan atraktif dan lebih mudah dipahami. 

Sebagai contoh kasus Darel dan Nadia yang sedang mengikuti pembelajaran sains oleh guru Anton. Karena mereka merasa bosan dan mengantuk dengan ceramah guru, Darel lebih memilih mengambar sistem pencernaan di buku teks dan Nadia lebih memilih belajar sendiri lewat youtube tentang sistem pencernaan karena dirasa lebih menarik dan mudah dipahami. Pada waktu tes Darel mendapatkan nilai 40 dari 100 sedangkan Nadia mendaptkan nilai 70 dari 100 karena nadia mampu menjawab soal tes tentang sistem pencernaan manusia. Darel diminta menyalin informasi tentang apa yang telah di tulis di dalam buku teks pelajaran dan kemudian dinilai. Sedangkan Nadia ditegur agar menggunakan buku yang sama  yang dipakai oleh guru agar dapat menjawab soal teks dengan smepurna.

Dari kasus tersebut kita dapat menilai bahwa sebagai seorang pendidik persepektif yang di berikan tidak sama dengan persepektif murid. Tidak jarang murid merasakan kebalikan dari apa yang dirasakan oleh pendidik. Ketika guru Anton merasa cocok dan nyaman dengan metode ceramah untuk muridnya ternyata Darel merasa bosan dan mengantuk saat diberikan materi. Hal demikian juga diberikan oleh Nadia yang lebih menggunakan sumber lain sebagai sumber belajar, youtube, yang berisi materi yang sama dan menurutnya menarik. Ketika guru Anton hanya menilai murid dari hasil tes angka dan pilihan ganda, Darel bersedih karena hanya mendapatkan nilai 40 dari 100 dan dianggap belum memahami materi karena standard yang ditetapkan oleh guru Anton. Padahal ia menuangkan pemahaman  tentang sistem pencernaan manusia melalui gambar-gambar organ pencernaan manusia. 

Sementara Nadia meskipun dia dinilai telah melampaui standar oleh guru Anton, dan dianggap menguasai materi tetapi Nadia merasa cemas dan ketakutan karena menggunakan sumber belajar lain dari youtube dan tidak sama dengan guru Anton gunakan. Sebagai pendidik Guru Anton sebaiknya tidak hanya memberikan pengetahuan dan informasi tentang sistem pencernaan manusia saja melainkan juga memberikan pemahaman kepada murid tentang fungsi dan kegunaanya dalam kehidupan murid. Selain itu guru juga mengenal dan memahami kodrat anak bahwa setiap murid dapat mengekspresikan dan membuat pemahamnnya sendiri dengan cara yang berbeda. Dalam menilai pemahamn murid guru sebaiknya tidak menggunakan satu alat pengukuran lalu menyimpulkannya. Tetapi juga membuka kemungkinan alat ukur lainnya yang melibatkan murid untuk merefleksikan pemahaman dari pengalaman belajarnya, evaluasi diri. Seperti yang terjadi pada Darel ia mampu mengekspresikan pemahamnnya melalui gambar. Mungkin murid bisa menjelaskan dengan verbal menggunakan bahasa sendiri dan beragam jenis ekspresi pemahaman murid lainnya.

Cerita-cerita seperti ini mungkin sebagai salah satu contoh untuk mengingatkan kita apa sesungguhnya fungsi pendidikan? 

Fungsi pendidikan adalah agar murid siap hidup dan memberikan kepercayaan bahwa di masa depan mereka akan mampu mengisi zamannya, yaitu tidak cukup hanya hidup untuk kepentingan dirinya, individualistik. tetapi juga berkontrubusi untuk masyarakat dan lingkungan dimana dia berada bersama-sama mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Fungsi pendidikan akan berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara, jika kita sebagai pendidik memahami hal-hal sebagai berikut:

1. Setiap murid mempunyai kodrat kekuatan/ potensi-potensi yang berbeda.  

2. Pendidikan hanyalah sebagai tuntunan.

3. Mendidik adalah menuntun murid agar selamat dan bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun