Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan Maha Keren

19 Januari 2022   06:00 Diperbarui: 19 Januari 2022   06:02 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku Pandangi lekat-lekat foto anak itu, dia begitu mungil dan nampak berbeda dengan yang lain. Ya dia berbeda, saat teman-temannya mendapat nilai delapan atau sembilan dialah yang menutupnya dengan nilai tiga di bagian bawah. Tapi aku sendiri tidak pernah menduga dua jam lalu yang datang kerumah adalah anak kecil itu. 

Sekali lagi kali ini dia begitu berbeda, wajahnya begitu bersih, gemuk, dia menggendong anak kecil yang lucu dengan di dampingi istrinya yang juga cantik dengan balutan kerudung yang sesekali angin mengganggu untuk sedikit melambai-lambaikannya. Mereka berdua keluar dari  CRV hitam mengkilap. Aku mulai mendekati mobil itu.

"Bapak masih ingat permainan puzzle yang bapak mainkan 20 tahun yang lalu?"

Oh..gaya bicaranya juga berbeda, sedikit teratur dan mungkin memang di atur. Aku mencoba mengingat-ingat permainan itu, sudah lama sekali.

"Pak, maaf mungkin bapak terkejut dengan keadaan saya sekarang dan saya yakin bapak tidak pernah menduganya bukan?"  Sebenarnya aku ingin dia banyak bicara waktu itu tapi pembicaraan tidak akan mengalir kalau hanya menjadi pendengar.

"Kamu benar  Nak, kamu sangat berbeda dengan yang dulu. Bagaimana bisa kamu seperti sekarang? Inilah nasib, hanya Tuhan yang tahu. " ungkapku sesekali sambil tak hentinya mataku memandang laki-laki yang duduk di kursi rumahku, di depan mataku.

"Bapak benar, Tuhan begitu cantik memainkan nasib manusia dan tak satupun yang bisa mendugnya. Dia hanya menugaskan manusia untuk berbuat baik dimanapun, kepada siapapun bahkan pemeluk agama apapun dan suatu saat kita akan menemukan potongan kebaikan yang kita tanam. Seperti permainan bapak dulu di SMA, bukan?  "

"Ah kau ini masih ingat saja permainan dulu, sekarang bapak jarang memainkannya lho..,yah mungkin anak-anak lebih tertarik yang berbau kekinian daripada hal-hal sekilas tidak begitu menarik.. "

Aku mencoba mengingat-ingat permainan dengan anak itu. Masih belum percaya tentang hari ini. Hari yang luar biasa. Puzzle? ya , apakah benar anak ini bisa menjadi yang seperti sekarang karena permainan 20 tahun yang lalu? Aku mencoba mengingatnya kembali

**********

Aku baru berpindah tugas dari ke Surabaya ke Jepara. Seperti biasa tempat baru membuat saya agak canggung dengan orang-orang baru. Lingkungan yang tidak akrab dan saya di paksa untuk mengerti. Sebagai guru matematika terus terang saya agak kaku dan kurang luwes. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun