Mohon tunggu...
ALI KUSNO
ALI KUSNO Mohon Tunggu... Administrasi - Pengkaji Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur

Pecinta Bahasa 082154195383

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menjaga Eksistensi Bahasa Indonesia di Perbatasan (Negara) Pulau Sebatik

16 April 2016   11:12 Diperbarui: 17 April 2016   12:19 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: internasional.sindonews.com"][/caption]Ini bukan cerita, tetapi fakta. Kenyataan yang terangkum dalam tiga jam perjalanan di Sebatik. Pulau Sebatik yang menjadi saksi bisu peristiwa Operasi Dwikora, Ganyang Malaysia. Pada pertengahan 1965, pasukan Indonesia menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Malaysia. Pulau Sebatik, sebuah daerah yang berada di perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia. Pulau ini dimiliki oleh dua negara, Sebatik bagian utara merupakan milik Malaysia dan bagian selatan milik Indonesia. Pulau Sebatik berada di antara Nunukan sebagai Ibu Kota Kabupaten Nunukan dan Kota Tawau di negara bagian Sabah, Malaysia Timur.

Sebatik jauh berada di ujung negeri. Jauh dari hiruk pikuk politik penuh caci maki.  Jauh dari denyut nadi ekonomi. Mata pencaharian penduduk banyak yang berkebun. Sepanjang perjalanan dari pelabuhan penyeberangan sampai Pos Lintas Batas Aji Kuning banyak ditanami kelapa Sawit. Menurut warga, dulunya banyak tanaman kakao. Semenjak harga kakao jatuh, banyak yang beralih menanam kelapa sawit.  Buah sawit dijual ke negeri tetangga Malaysia. Mereka juga banyak yang bekerja sebagai nelayan. Selain itu, mereka juga budidaya rumput laut.

[caption caption="Saksi bisu peristiwa Ganyang Malaysia gagah berdiri di alun-alun Kota Nunukan. (Sumber: bahasaonline.weebly.com)"]

[/caption]Sebagian kita mungkin menyangsikan nasionalisme mereka. Mereka lebih menggantungkan hidup dari negeri seberang. Beras, minyak, gas, dan kebutuhan pokok lainnya banyak yang dari negeri seberang. Untuk transaksi pun memakai mata uang negeri seberang. Jangan heran kalau kita berkunjung ke sana membeli barang uang kembalian dalam bentuk ringgit Malaysia.

Sebatik tidak bisa hidup tanpa Tawau. Fenomena itu dapat dilihat dari aliran barang yang masuk ke Sebatik tidak pernah putus sepanjang hari. Jenis barang yang dipasok ke Sebatik itu termasuk jenis barang yang disubsidi oleh Pemerintah Kerajaan Malaysia. Oleh sebab itu, warga Malaysia sering menyampaikan keberatan karena tidak jarang komoditi bersubdisi ini mengalami kelangkaan di Tawau.

[caption caption="Pos perbatasan di Pulau Sebatik. Presiden Jokowi dulu pernah memanjat menara pengawas itu. (Sumber: bahasaonline.weebly.com)"]

[/caption]Sebatik, yang adem ayem. Kita banyak ribut kala ada isu pergeseran patok perbatasan. Padahal belum jelas kabar beritanya. Sebaliknya, mereka di sana tetap seperti biasa. Kala beberapa kali hubungan Indonesia dan Malaysia memanas. Mereka tetap biasa-biasa saja.

Sayangnya, kita justru diam dan menutup mata dengan fakta di sana. Banyak nyawa orang yang sakit tidak tertolong. Bayi yang meninggal dalam kandungan. Mereka harus berjibaku dengan jalan yang rusak, serta harus menyeberang ke Nunukan untuk mencari fasilitas kesehatan. Bahkan banyak warga yang justru berobat ke Tawau, Malaysia. Ya, Tawau. Kota yang penuh ‘bintang-bintang’ kala malam.  Sedangkan warga Sebatik hanya sanggup memandang sambil berharap kelak daerah mereka juga bisa terang.  He.. mereka harus menambah ukuran kesabaran.

Menjaga Perbatasan (Bahasa)

Bicara perbatasan, tidak cukup dengan memperbanyak pos-pos lintas batas. Memperbanyak tentara yang dengan gagah berjaga di pos perbatasan. Rasanya tidak cukup. Selama ini kita kukuh menjaga patok berbatasan dan tidak rela sejengkal tanah pun diambil Negeri Jiran. Kenyataannya, kita telah lalai dengan perbatasan yang sebenarnya.

Patok berbatasan dalam diri penduduk di sana sudah banyak yang tergeser. Di perut mereka patok yang bernama Indonesia telah tergeser karena sebagian besar menggantungkan pada produk Malaysia. Perbatasan dalam bentuk mata uang pun banyak tergeser karena aktivitas ekonomi banyak yang menggunakan ringgit Malaysia. Patok dalam benak mereka, bahwa hidup di Malaysia lebih enak, telah kokoh berdiri.

Itulah realita. Ironi yang harus segera ditangani. Masih ada asa yang bisa ikut menjaga perbatasan, Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki peran yang utama dalam komunikasi masyarakat Sebatik. Untuk interaksi penduduk yang beragam suku, dengan didominasi suku Bugis, bahasa Indonesia hadir sebagai mediator. Bahasa Indonesia di sana belumlah tergeser bahasa Melayu meskipun bahasa Melayu Malaysia pelan-pelan merasuki penggunaan bahasa di sana. Penguatan bahasa Indonesia di wilayah Sebatik harus dilakukan. Jangan sampai patok yang satu ini juga ikut tergeser.

Sebatik. Kita memiliki tumpah darah yang sama, namun perlakuan yang berbeda. Sebatik beranda terdepan. Sudah waktunya kita perhatikan. Sudah waktunya beranda depan dipercantik. Bila hal itu menjadi nyata, saudara-saudara kita di sana akan dengan bangga berkata, kami bangsa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun