Mohon tunggu...
Ali Harsojo
Ali Harsojo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah guru biasa yang suka belajar, menulis dan berbagi. Terutama tentang pendidikan, budaya, dan literasi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Inkonsistensi dalam Menulis

4 November 2022   06:58 Diperbarui: 4 November 2022   07:19 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dunia tulis menulis di media sosial dan digital lainnya, semakin marak. Mulai dari media sosial yang seringkali menjadi media untuk mengekspresikan banyak hal. Mulai dari bagaimana seseorang berpikir, menuangkan ide, hingga meluapkan perasaannya. Tentu saja, setiap apa yang ditulis di media sosial menjadi konsumsi publik. Juga menjadi tanggung jawab penulisnya, jika memang melanggar peraturan tentang ITE.

Termasuk juga apabila para sahabat menulis di media atau platform menulis. Baik milik pribadi maupun afiliasi. Misalnya, seseorang menulis di blog pribadi yang dikelolanya. Bisa juga ketika menulis di blog komunitas maupun perusahaan media digital. Nah, sebagai penulis, apalagi penulis pemula seperti saya, perlu memerhatikan konsistensi dalam menulis.

Konsistensi yang dimaksud adalah pemilihan diksi yang selalu tetap, tidak berubah. Namun, diksi yang konsisten itu menyangkut beberapa diksi yang memang seharusnya tidak diperkenankan untuk berubah menurut aspek linguistik. Terutama dalam sintaksis dan semantik. Nah, kata atau diksi yang seringkali tidak konsisten kita tulis, biasanya berhubungan dengan kata ganti, sapaan atau panggilan, subyek dalam kalimat dan atau pelaku dalam sebuah cerita atau tulisan tersebut.

Sebagai contoh, kata "saya" dan "aku". Dalam sebuah tulisan kolom kadang kita menulis dengan menggunakan kata "saya" sebagai subyek. Tetapi, ketika di tengah atau akhir tulisan, muncullah kata "aku" untuk maksud subyek yang sama. Begitu pula dengan kata "Murid", "siswa", "peserta didik" dan "anak didik". Kadang sering kita temukan silih berganti bermunculan dalam tulisan opini seseorang untuk maksud subyek yang sama. Inilah yang dinamakan dengan inkonsistensi dalam menulis dari aspek pemilihan diksi.

Contoh diksi lain yang kadang digunakan secara tidak konsisten, misalnya sebagai berikut.

dia >>> ia

kamu >>> anda

guru >>> tenaga pendidik (sesuai dengan konteks kalimatnya)

pelajaran >>> pengajaran

tahun ajaran >>> tahun pelajaran

dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun