Mohon tunggu...
Alif Syuhada
Alif Syuhada Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://alifsyuhada.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Orang Cerdas Itu Tidak Panikan

30 Juni 2020   23:03 Diperbarui: 30 Juni 2020   23:13 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebetulnya, kepanikan itu sendirilah yang menyebabkan krisis ekonomi negara, bukan virus corona itu semata. Cara kita merespon masalah sangat menentukan apakah kita akan hancur oleh kekhawatiran kita sendiri, atau mampu berpikir kreatif yang justru menciptakan peluang emas di balik pandemi Covid-19. Namun yang jelas ada satu hal yang penting kita lakukan yakni : jangan panik.

Sistem ekonomi kita bukan tidak saling berkaitan atau berdiri sendiri-sendiri. Kita semua terikat dalam satu kesatuan sistem keuangan yang terdiri dari Bank, Institusi Keuangan Non Bank (IKNB), perusahaan non keuangan dan rumah tangga.

Semua elemen tersebut saling terhubung melalui infrastruktur keuangan. Keterhubungan semua elemen tersebut memberikan efek timbal balik yang saling mempengaruhi. Sebab itu, jika satu elemen saja tumbang, maka kegagalan tersebut akan menular kepada elemen yang lain.

Ibarat jalan raya di Jakarta, ketika ada satu saja tranportasi yang mengalami kecelakaan maka akan berakibat pada kemacetan yang sangat panjang dan memakan waktu berjam-jam.

Sebab itu, jangan sampai kita menjadi salah satu mobil yang tumbang mengalami kecelakaan tadi dengan perilaku panik dan berlebihan sebagaimana yang telah disebut diatas.

Jadikan Medsos Sebagai Lahan Rejeki, Bukan Penyebar Kepanikan di Masa Pandemi

Memang betul, baik pekerja maupun beberapa usaha sangat terdampak oleh Pandemi Covid-19. Kementrian Ketenagakerjaan  merilis data lebih dari 1,5 juta orang Indonesia telah kehilangan pekerjaan akibat pandemic COVID-19.

Selain itu, Organisasi Buruh Dunia (ILO) mencatat 2,7 miliar pekerja di seluruh dunia terdampak efek ekonomi pandemi COVID-19 mulai dari pengurangan jam kerja, dirumahkan, cuti tanpa gaji hingga PHK.  Menurut ILO, ada empat sektor terdampak paling buruk yakni perdagangan ritel dan grosir, manufaktur, real estate, transportasi serta restoran.[1] Namun masih terlalu dini untuk menyerah.  

Kita tidak perlu khawatir atas semua itu sebab Bank Indonesia (BI) melalui kebijakan makroprudentialnya memberikan kita bantuan. Kinerja makroprudential bersifat counter cycling dimana saat ekonomi sedang menurun, BI dan Pemerintah telah menyiapkan stimulus fiscal melalui bantuan sosial serta stimulus kebijakan relaksasi kredit bagi debitur usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sebab itu, kita masih sangat bisa berwirausaha di masa New Normal.

Adanya jarak seharusnya membuat kita melihat Medsos sebagai ladang baru untuk berwirausaha. Layanan marketplace, Medsos hingga uang virtual sangat membantu kita saat ini, tinggal bagaimana sikap kita? Orang cerdas selalu melihat peluang di setiap kesulitan, bukan melihat kesulitan di balik peluang. Sebab itu, stop panik dan jadilah orang cerdas dengan menggunakan Medsos untuk menafkahi keluarga, bukan untuk menyebar hoaks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun