Mohon tunggu...
Alif Syuhada
Alif Syuhada Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://alifsyuhada.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menjadi Warga yang "Prudent" Mengelola Keuangan demi Ketahanan Ekonomi Negara

3 Agustus 2019   22:42 Diperbarui: 3 Agustus 2019   22:55 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia adalah binatang ekonomi (Jhon Stuart Mill). Manusia tidak seperti binatang yang bertahan hidup tanpa mengolah alam, ia harus melakukan aktifitas ekonomi untuk hidup seperti mengolah bumi, produksi, dan jasa dengan segala turunan pembagian kerja yang semakin spesifik dan kompleks di dunia modern yang kita huni sekarang. Namun manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat sendirian untuk memenuhi kebutuhannya.

Manusia harus bekerjasama dengan sesamanya untuk melakukan aktifitas ekonomi. Sebab itulah, manusia membangun organisasi untuk mengatur keberlangsungan ekonomi dan memperoleh pemenuhan kebutuhannya dari kerjasama tersebut. Organisasi tersebut beragam mulai dari yang sederhana seperti hubungan dua orang yang bertransaksi, usaha rumah tangga, UMKM, perusahaan, koperasi, hingga negara.

Corak khas cara bertahan hidup manusia yang mengharuskan relasi antara satu dan lainnya meletakkan poin penting agar aktifitas ekonomi berjalan dengan lancar yakni koordinasi. Tidak adanya koordinasi yang baik tentu akan membuat relasi ekonomi tidak berjalan, dan akhirnya individu-individu manusia tidak akan memperoleh kebutuhannya. Dalam ekonomi, koordinasi yang baik tersebut harus berjalan dalam supply dan demand.

Kita dapat ambil contoh seorang pelaku UMKM memproduksi barang namun tidak memiliki serapan pasar yang bagus akhirnya bangkrut dan kondisi kehidupannya pun terancam. Begitu pula sebaliknya, kebutuhan bahan-bahan pokok melambung saat permintaan tinggi membuat orang-orang terancam hidupnya sebab tidak bisa membelinya.

Lantas bagaimanakah mewujudkan koordinasi yang baik agar tercipta iklim ekonomi yang stabil? Disinal dibutuhkan upaya bersama antara masyarakat, Negara, lembaga perbankan, dan perusahaan. Masing-masing subjek ekonomi tersebut harus memiliki kesadaran untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan perannya masing-masing. Namun secara umum, membangun ekonomi yang stabil dapat dilakukan melalui produktifitas dan pengendalian konsumsi.

Mengenal Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI)

Kebijaksanaan selalu membawa kita pada hal-hal yang baik termasuk dalam urusan ekonomi. Sebab itulah, Bank Indonesia mengeluarkan program Makroprudensial untuk membawa urusan ekonomi kita menuju kebaikan. Kebijakan itu berupaya membangun stabilitas ekonomi melalui intermediasi antara BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Sebagai lembaga yang bergerak dalam ranah pembiayaan, maka peran BI mendorong penggunaan fasilitas perbankan ke arah yang produktif melalui kebijakan makroprudensial. Contohnya adalah implementasi pemeringkatan pembiayaan UMKM dan ketersediaan laporan keuangan UMKM dimana BI turut memberikan fasilitasi pelatihan pencatatan transaksi keuangan sederhana dan penggunaan aplikasi pencatatan keuangan bagi UMKM. Hal ini memberikan efek positif terhadap perkembangan kredit UMKM. Fasilitas perbankan pun tidak jatuh ke arah konsumtif yang akan mengancam kestabilan ekonomi.

Upaya untuk memperkuat ketahanan sistem keuangan juga dilakukan melalui sinergi dan koordinasi yang difokuskan pada sinergi kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial antara OJK dan LPS yang difokuskan pada penanganan bank bermasalah sebagaimana amanat  UU no. 6 Tahun 2019 tentang pencegahan dan penanganan krisis keuangan secara sistemik.

BI melalui kebijakannya mendorong penggunaan fasilitas pembiayaan ke arah sector produktif seperti pemberian insentif kepada jasa keuangan yang menyalurkan pembiayaan ke industri yang berorentasi ekspor, industry yang memproduksi barang substitusi impor, industry pariwisata, industri perumahan melalui penyesuaian aspek prudensial seperti Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Semua kebijakan tersebut adalah bentuk upaya koordinasi menjaga stabilitas ekonomi.

Peran Masyarakat Penting

Sebagai jumlah terbesar dari suatu negara, maka masyarakat adalah subjek besar yang sangat menentukan stabilitas ekonomi. Hal ini haru dimulai dari kesadaran individu bahwa stabilitas ekonomi juga menyangkut nasib masing-masing dari kita, bukan semata urusan lembaga keuangan atau negara. Sentralnya peran masyarakat sebagai subjek ekonomi disebabkan merekalah yang mengolah secara langsung keuangan, sedangkan lembaga dan negara sebatas memberikan pembiayaan dan peraturan.

Sebab itu, hidup dan matinya ekonomi ada di tangan masyarakat. Warga harus menjadi subjek ekonomi yang "prudent" guna menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan sistem keuangan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara berikut :

Menabung

Menabung dalam bank adalah suatu penemuan yang bermanfaat sebab sebelum adanya bank, masyarakat tidak merasa aman dengan harta bendanya yang harus disimpan dalam peti, dikubur, dan juga susah untuk dibawa berpergian serta harus menyewa puluhan orang untuk menjaga perjalanan. Sekarang sistem bank dan layanan transaksi yang mudah seperti kebijakan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) dari BI semakin memudahkan bertransaksi dimanapun dan kapanpun.

Selain itu, dengan menabung membuat kita tidak mudah tergoda untuk membelanjakan uang kita sehingga dapat menyelamatkan kuangan kita sendiri. Menabung juga memberikan penguatan terhadap ketahanan ekonomi sebab candangan keuangan bank akan meningkat dan membantu pembiayaan sektor produktif.

Berinvestasi

Uang yang tidak berkembang dalam beberapa waktu dapat dikatakan kerugian jika kita memakai paradigma dunia usaha. Waktu adalah uang, jika detik dan menit kita tidak berubah menjadi nilai rupiah, maka waktu kita adalah orang yang merugi. Sebab itu, putar dan kembangbiakkan uang melalui investasi daripada hanya menyimpannya saja. Kita turut serta membangun perekonomian makro sebab kita menjadi warga yang produktif.

Jangan Salah Menggunakan Layanan Perbankan

Salah satu kerentanan utama stabilitas keuangan adalah penyalahgunaan layanan pembiayaan dengan kita memanfaatkannya untuk belanja tanpa mengolah pendanaan ke sector wirausaha. Contoh paling serius adalah peristiwa krisis 98, dimana dikabarkan salah satunya adalah macetnya layanan agunan dalam mengembalikan modal. Selain itu juga permintaan pinjaman dollar oleh perusahaan dan ketidakmampuan mengembalikan kredit.

Hal ini menyebabkan keruntuhan ekonomi yang kemudian pasti diikuti dengan gejolak politik yang tidak stabil. Penyalahgunaan layanan perbankan tentu harus dihidndari seperti tidak memanjakan diri dengan kartu kredit untuk memenuhi keinginan. Ingat, ekonomi adalah kegiatan sosial, jika kita mulai merusaknnya dengan kesenangan pribadi dan pemborosan, maka yang terkena imbas adalah keseluruhan sistem keuangan negara. Berhemat adalah salah satu peran kita untuk mencegah ketahanan ekonomi bangsa.

Cintai Produk Sendiri

Cintailah produk dalam negeri mulai dari yang terkecil yakni UMKM. Krisis 98 juga memberikan pelajaran bagi kita bahwa UMKM mampu bertahan dari goncangan krisis dan ketidakpastian perokonomian global sebab UMKM tidak bergantung pada permintaan mata uang asing. Hal ini yang membedakannya dengan perusahaan yang banyak mengalami kebangkrutan sebab terpengaruh oleh ketidakpastian keuangan global.

Sebab itu, keberadaan UMKM harus didukung. Mungkin anda bisa membelanjakan uang kepada tetangga anda yang kebetulan membuka usaha kecil seperti warung, makanan, olahan pertanian, pakaian yang akan memperkuat usaha mereka daripada membeli barang-barang mewah produk luar negeri yang tidak begitu memiliki ikatan emosional dengan kita dan tidak berakibat langsung pada stabilitas ekonomi negara. Mencintai produk dalam negeri juga bisa dilakukan dengan menjadi warga produktif mengelola UMKM. Ekonomi akan berjalan kuat dalam negeri sendiri dan tak terpengaruh oleh gejolak global.

Stabilitas ekonomi akhirnya sangat ditentukan dan kembali kepada kita sendir sebagai Homo Economicus. Menjadi produktif atau memanjakan keinginan semuanya tidak bisa dipahami sebagai urusan dan hak pribadi mengingat ekonomi bekerja secara sosial, bukan individual seperti binatang yang tidak terlalu membutuhkan sesamanya dalam memenuhi makanannya. Satu individu merusak stabilitas keuangan maka akan berdampak besar dan kecil terhadap ketahanan ekonomi negara.

Kebijakan BI perlu disambut dan dikuatkan oleh segenap elemen masyarakat. Sebab itu, marilah menjadi warga yang "prudent" (arif) memandang ekonomi. Setelah itu, bangun relasi sosial ekonomi yang baik yang berawal dari perubahan diri kita masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun