Mohon tunggu...
Alifia Salwa
Alifia Salwa Mohon Tunggu... Lainnya - SMK NEGERI 37 JAKARTA

17 TAHUN, MURID SMK NEGERI 37 JAKARTA, XI BUSANA 3, SUKA MENDENGARKAN MUSIK DAN BERMAIN ALAT MUSIK.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelajaran dari Sebuah Perjalanan

17 November 2020   15:15 Diperbarui: 17 November 2020   16:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Besok aku dan ke empat temanku, Alda, Ihsan, Cakra dan Lintang akan melakukan pendakian ke sebuah Gunung Berapi di Pulau Jawa. Kami adalah teman pada waktu berseragam putih biru, sekarang kami sudah pisah sekolah, namun tak menyurutkan rasa pertemanan diantara kami.

Kemarin kami telah meminta izin kepada orang tua masing-masing, akhirnya diberi izin kecuali Alda. Mungkin orang tua nya punya alasan dan takut anak satu-satunya itu terjadi sesuatu. Aku sudah bilang padanya agar menuruti apa kata ayah ibunya, tetapi ia tetap ingin ikut kami mendaki. Dengan berat hati aku izinkan Alda ikut, namun ia berbohong pada ayah ibunya karena beralasan ingin menginap dirumah ku.

Besoknya, kami bersiap dan memulai perjalanan pada pagi hari, ketika ayam jantan masih berkokok untuk membangunkan manusia yang masih tertidur. Semua berjalan normal dan kami pun sampai pada basecamp pendakian itu pada sore hari dikarenakan padat kendaraan sehingga memakan waktu lebih lama. Sebelum pendakian, diharuskan untuk membayar tiket dan pemeriksaan barang bawaan oleh penjaga setempat. Pendakian akan kami lakukan esok hari pada waktu subuh.

Tiba saatnya pendakian kami dimulai, tak lupa berdoa bersama agar selamat sampai kembali pulang kerumah masing-masing.

Cakra berada di paling depan, lalu aku, Alda, Lintang dan paling belakang Ihsan. Kami baru sampai pos 1 saat kabut masih menyelimuti, lalu tak lama hujan turun tiba-tiba dan kami langsung memakai jas hujan.Karena tidak hati-hati saat melangkah, Alda tiba-tiba terpeleset dan terkena genangan air. Kami panik, buru-buru melihat keadaan nya dan memeriksa kondisi nya. Syukurlah tak ada luka serius, hanya memar pada lengan kirinya. Terpaksa kami membangun tenda di jalur pendakian. Melihat keadaan Alda yang semakin lemas, kami memutuskan tidak melanjutkan pendakian dan akan kembali turun esok hari. 

Pagi harinya aku melihat keadaan Alda dan tubuhnya dingin. Dia seperti menggigil. Ternyata Alda hipotermia. Inisiatif Cakra mengambil kotak p3k di tas nya dan memberikan pertolongan pertama. Kami lupa sarapan dan fokus kami hanya pada Alda. Lalu kami bersiap turun kembali ke basecamp. Sampai disana kami mengabarkan pada orang tua Alda agar menjemput dan dibawa ke RS terdekat. Pada saat ayah dan ibunya datang, mereka langsung menangis, karena tak tega melihat anaknya terlihat pucat. 

Dengan buru-buru Alda dimasukan ke mobil dan kami pun ikut. Setelah sampai dan Alda mendapat perawatan, kami sedikit lega. Ayah nya Alda meminta penjelasan mengapa Alda bisa seperti itu. Kami menjelaskan dengan rinci dan jujur. "Kenapa kalian tidak melarangnya dan memberitahu?" tanya ayah Alda. "Kami berempat minta maaf om, kami berjanji tidak akan mengulanginya"ucap ku mewakili yang lain. "Kalian tahu? Restu orang tua itu sangat penting di kehidupan anaknya, jadi kalau saya tau Alda mendaki gunung kami akan selalu berdoa agar ia dan kalian baik-baik saja". Setelah 3 hari dari kejadian itu, Alda dibolehkan pulang dan kami menjenguknya. "Al, lain kali kamu harus jujur pada ayah ibumu agar tidak terjadi seperti ini lagi", ucap ku. Ia menyetujuinya dan berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun