Mohon tunggu...
Alifia Fatikha
Alifia Fatikha Mohon Tunggu... Penulis - Lifelong learner

Hai! Good Luck.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Keikhlasan di Atas Keterbatasan

11 Maret 2020   08:30 Diperbarui: 11 Maret 2020   08:33 1729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"pak yusman........afa,risma,azfa"

Lanjut terus dan terus........

"pak sukijan......Alifia,Fillah,Ayu"  ya, inilah waktu kita. Untuk menghampiri orang tua asuh kami yang mulai mengangkat tangannya dan mengacungkan tangan.

"saya pak" kata orang tua asuh kami. Kami tersenyum bahagia, karena apa? Karena orang tua asuh kami terlihat sebagai sosok orang yang ramah dan grapyak.

Akhirnya kami menyalami beliau, lalu kami bertanya tentang bapak asuh kami. Tetapi kata ibu asuh kami beliau sedang di hutan, sedang berladang. Lalu kami bertanya-tanya seputar beliau. Saat semua telah terkondisi dengan baik. Saatnya kami menuju rumah singgah kami,yang telah kami nanti. Tak disangka tempatnya lumayan dekat dengan musalla. Kami senang karena kami kira rumah singgah kami akan terlihat jelek dan buruk. Ternyata tidak, rumahnya lumayan nyaman dan tertutup. 

Sangat cocok untuk kami. Kami kira rumahnya akan sangat buruk atau kumuh, ternyata bagus rumahnya. Kamipun diajak ke dalam rumah beliau yang menurut kami lumayan bersih. Kami menaruh barang kami pada kursi ruang tamu. Lalu ibu asuh menyuruh kami untuk istirahat di kamar yang telah beliau sediakan. Tetapi kami lebih memilih untuk berada di ruang tamu atau depan televisi.

Sambil mengobrol kami berbincang-bincang tentang kehidupan beliau sehari-hari. Tentang anak beliau, suami beliau, kegiatan sehari-hari beliau dan tentang beliau sendiri. Saat kami berbincang dengan ditemani sosok teh manis dan biskuit kelapa. Sangat lama kami berbincang, hingga kami merasa lapar. Pada saat itu pula ibu asuh menberi tawaran kepada kami untuk makan.

"Maem opo piye?? Tak masakne, aku mau rong masak. Lawong ra roh kesenengane opo...hehe"

"Ya Allah, mpon buk mboten sah repot-repot. Wau nggeh sampun maem"

"Tak gawekno Mie ae ya?" Sambil beliau berdiri dan mangkat ke dapur.

Salah satu dari kami pun mengejar ibu asuh agar tidak memasak sesuatu untuk kami, supaya tidak merepotkan beliau yang mungkin sudah lelah. Akan tetapi ibu asuh tetap saja memberikan makanan untuk kami. Kami sadar bahwa dibalik sebuah keterbatasan orang desa yang tak isolir oleh bahan-bahan luar biasa tidak seperti di kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun