Ketika setiap individu—dari anak-anak sampai orang dewasa—bebas mengakses internet kapanpun dan dimanapun, secara bersamaan budaya individualistik ikut berkembang. Pendidikan yang awalnya dibangun dari hubungan personal guru dan murid, kini mulai bergeser. Setiap individu tidak lagi perlu bertemu orang lain untuk belajar sesuatu.
Belajar kelompok sebagai bagian dari cooperative learning sangat penting untuk kita lakukan dalam pembelajaran. Minimal, sebagai penyeimbang pesatnya perkembangan karakter individualistik. Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif.
Dalam tulisan ini akan saya bahas kenapa belajar kelompok sangat berpengaruh terhadap pembentukan budaya bangsa. Anak akan belajar apa saja dari kegiatan ini dan akibat jangka panjang apa saja yang akan mereka terima dari metode pembelajaran cooperative learning ini.
Dengan digulirkannya kurikulum 2013, cooperative learning menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Ada kemiripan tujuan dalam beberapa hal antara kurikulum 2013 dan cooperative learning. Keduanya sama-sama ingin setiap anak memperoleh hasil yang baik dalam bidang akdemis (kognitif), penerimaan atas keragaman, dan mengasah keterampilan sosial.
Dalam belajar kelompok, siswa belajar bersama 3 sampai dengan 5 orang temannya. Jumlahnya bebas. Dalam prosesnya, anak akan belajar beberapa hal berikut:
1. Anak belajar kembali tentang kemampuan dasar manusia.
Anak akan belajar berbicara, melihat dari sudut pandang orang lain, mendengarkan, dan berinteraksi dengan orang lain. Belajar berbicara di sini berarti belajar mengungkapkan pikiran dan pendapat yang dimilikinya. Anak akan belajar berkomunikasi yang tepat dan efektif. Dalam hal mendengarkan, setiap anak akan belajar mendengarkan dan menerima ide dan pendapat orang lain.
 Ketika setiap anak memiliki peran dan tugas yang berbeda, maka saat itu pula anak melihat orang lain dalam melakukan sesuatu. Beberapa studi menunjukkan bahwa murid-murid yang diberi praktik proses belajar kooperatif benar-benar menjadi lebih baik dalam menguasai keterampilan moral interpersonal tersebut.
2. Belajar menerima dan mendukung orang lain dalam satu komunitas.
Belajar kelompok membantu murid-murid untuk saling mengenal satu sama lain dan memedulikannya. Sehingga akan muncul perasaan menjadi bagian penting dari komunitas dan akhirnya memunculkan dampak positif, yaitu mengurangi konflik interpersonal.
Dalam beberapa penelitian, pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan rasa dukungan dan penerimaan terhadap teman sekelas yang memiliki perbedaan latar belakang suku, agama, etnis, dan ras. Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan persahabatan yang sangat baik di antara teman yang berbeda suku, agama, ras, dan golongan.