Mohon tunggu...
Inovasi

Sedia Biopori Sebelum Hujan Menghampiri

11 Juli 2017   14:43 Diperbarui: 11 Juli 2017   14:49 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini cuaca sangat sulit diprediksi oleh kita para orang awam, entah hari ini akan cerah atau turun hujan. Kadang kala dalam keadaan yang sangat terikpun sesaat tak lama kemudian turun hujan, bahkan sebaliknya. Jika dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya  terkait dengan cuaca memiliki priodesasinya tersendiri dan terhitung relative tidak berubah. Terlepas dari semua perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktonya tidak sedikit beberapa dampak negatif dari kondisi cuaca yang sedang berlangsung. Salah satunya akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan genangan air hingga banjir bandang. Kondisi ini telah banyak kita temukan, dan lagi-lagi tidak terlepas di Universitas Mataram khususnya di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Sebenarnya kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan bencana tadi semata-mata karena cuaca. Mari kita lihat faktor penyebab lainnya secara menyeluruh. Banyak kasus akibat utama banjir itu sendiri adalah  kurangnya derah resapan air dan buruknya sistem irigasi yang ada. Pada kondisi ini di FKIP Unram masih sering kali terjadi penggenangan air bahkan banjir ringan yang tinggi hingga 30 cm. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata hal yang menjadi faktor utama dari kondisi ini adalah, kurangnya daerah resapan air.  Hal ini terlihat dengan sangat minim lahan ditanami tumbuhan untuk dijadikan daerah resapan air melihat beberapa titik di kampus lebih dominan menggunakan bangunan beton saja.

Kita semua tahu kondisi atau dampak yang diakibatkan oleh banjir itu sangatlah buruk. Diantaranya akan mengganggu kesehatan kita karena munculnya penyakit seperti penyekit kulit, diare, dan lain sebagainya. Sehingga perlu ada suatu pembenahan untuk mengurangi peluang terjadinya kembali banjir tadi. Selain membenahi sistem irigasi yang sudah ada, kita juga bisa mencoba untuk setidaknya mengurangi resiko bencana banjir, dengan membuatkan bantuan resapan air dengan lubang-lubang biopori.

Pemanfaatan dan pengembangan lubang-lubang biopori diterapkan sebagai maksud untuk memulihkan kesuburan tanah, melindungan tata air, dan kelestarian daya dukung lingkungan. Menurut pendapat salah satu ahlim Biopori adalah lubang sedalam 80-100 cm dengan diameter 10-30 cm, sebagai lubang resapan untuk menampung air hujan dan meresapkannya kembali ke tanah ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah (Ir. Kamir R. Brata, Msc, 2009)

Selain dapat mencegah banjir pemanfaatan lubang resapan biopori juga memiliki manfaat lain seperti sebagai tempat pembuagan sampah organik, menyuburkan tanaman, dan meningkatkan kualitas tanah.  Sehingga dengan langkah di atas kita bisa untuk laksanakan untuk mengurangi resiko banjir di FKIP Unram.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun