Batik merupakan salah satu wujud ciri khas yang dimiliki oleh setiap daerah. Motif batik beragam menyesuaikan ikon daerah tersebut. Tidak ketinggalan pula di Desa Pagelaran, khususnya di Dusun Mentaraman, ibu-ibu dari beberapa RT turut andil dalam workshop pembuatan batik bersama Mahasiswa KKN UM Jurusan Seni dan Desain.
Desa Pagelaran mengadaptasi seni dan budaya dari Yogyakarta, hal ini berawal pembabatan hutan glagah yang dilakukan oleh penduduk migrasi dari Mentaram, Yogyakarta. Dugaan lain yang membawa mereka bermigrasi yaitu penangkapan prajurit Diponegoro (1830) dan letusan Gunung Merapi (1914). Dusun Mentaraman merupakan salah satu dusun yang  memiliki eksistensi seni dan budaya yang kuat. Pada dusun ini dijumpai beberapa set gamelan yang tersedia di beberapa rumah warga. Warganya pun menguasai tata cara bermain gamelan dengan baik.
Terkait dengan potensi tersebut, Mahasiswa KKN UM Jurusan Seni dan Desain berinovasi menciptakan motif batik yang mencerminkan potensi seni Desa Pagelaran khususnya di Dusun Mentaraman. Â "Motif batik ini mengambil simbol dari alat karawitan yaitu Gong, Saron, dan Thutuk Saron. Apabila dilihat secara keseluruhan, motif tersebut menggambarkan seperti burung garuda yang memiliki arti simbol kehidupan, gotong royong dan persatuan," ujar Alif Sukma Muclisin, selaku koordinasi tim program kerja sekaligus perancang motif. Motif ini bernama Garuwitan yang merupakan gabungan dari kata Garuda dan Karawitan.
Kegiatan workshop sebagai ajang pengenalan motif batik baru Desa Pagelaran dilaksanakan 2 hari yakni tanggal 13 dan 20 Januari 2020. Pertemuan pertama adalah pengenalan batik dan proses mencanting. Dilanjutkan pertemuan kedua yaitu mewarnai dan melorot kain batik. Ibu-ibu diperbolehkan mengkreasikan motif batik yang tersedia dengan menambahkan isen-isen atau perpaduan warna sesuai kreatifitasnya. Selanjutnya motif batik ini akan dipakai sebagai motif batik resmi Desa Pagelaran.