Mohon tunggu...
Alif NurAriM
Alif NurAriM Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebaran Kemiskinan di Wilayah Kabupaten Sleman

27 Oktober 2021   09:24 Diperbarui: 27 Oktober 2021   09:29 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Alif Nur Ari Maqhfiroh

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

            Kemiskinan merupakan masalah besar utamanya bagi negara-negara berkembang. Apalagi jika suatu negara sudah kesulitan ekonomi dan terjadi bencana yang menimpanya. Masalah kemiskinan ini setiap tahunnya menjadi pemikiran serius karena penduduk miskin yang besar tentu akan menjadi beban bagi kemajuan sebuah negara. Kemiskinan sekarang ini tidak lagi hanya berada di tingkat pedesaan namun sudah meluas ke wilayah perkotaan. Pada saat ini permasalahn utama yang harus dihadapi akibat pelaksanaan otonomi daerah adalah mengenai isu kemiskinan dan pengangguran. Merujuk data Bappeda tahun 2019, data kemiskinan di Sleman masih bertahan pada angka 7,41 persen. Dibandingkan data tahun sebelumnya, hanya tercatat selisih penurunan sebesar 0,24 persen. Dihitung dari jumlah penduduk per semester 1tahun 2019 sebanyak 1.070.913 jiwa, artinya ada sekitar 79.354 penduduk Sleman tergolong miskin. Salah satu konsep kebijakan yang diterapkan pada tahun 2021 ini adalah peningkatan nilai tambah ekonomi. Langkah yang diaiapkan sebelumnya antara lain penguatan kewirausahaan, UMKM, industri kreatif dan digital, koperasi, serta peningkatan ekspor. Di sector pariwisata, pengembangan destinasi berbasis alam, budaya, dan MICE menjadi konsen Pemkab Sleman. Pada 2021, upaya pertumbuhan ekonomi akan dilakukan dengan memperhatikan karakteristik wilayah masing-masing, karena pendapatan daerah berbeda-beda.

A. PENDAHULUAN

            Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi hampir semua bangsa di dunia. Kemiskinan pada umumnya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan, gizi, produktivitas kerja, serta kesejahteraan penduduk. Hal ini juga disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan yang dimanfaatkan terutama dari tingkat Pendidikan formal maupun non formal      (Supriatna, 2000).

  • Untuk mewujudkan motto SEMBADA yang memiliki akronim Senyum, Empati, Melayani, Berbagi, Berdedikasi, Amanah, Disiplin dan Akuntabel. Tersebut dikeluarkanlah salah satu inovasi program prima sosial masyarakat yang mempermudah masyarakat khususnya bagi masyarakat miskin dan rentan miskin yaitu program LASAMBA (Layanan Sambang Warga). Menurut data yang dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat Statistika) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Angka kemiskinan di Kabupaten Sleman yang terbilang masih di level dua digit yaitu 10,6 persen dari total warga sekitar 1,2 juta. Pemerintah kabupaten (pemkab) Sleman yang memiliki target untuk menurunkan tingkat kemiskinan dengan target pada tahun 2021 nanti tinggal 8%.

           

Program inovasi Lasamba adalah program inovasi dari Dinas Sosial Kabupaten Sleman yang resmi dilauncingkan pada 27-08-2018 didusun Sembung,Sukoharjo Ngaglik Sleman. Alasan menganalisis masalah kemiskinan di Kabupaten Sleman, Daerah istimewa Yogyakarta karena Kabupaten Sleman yang pertama kali mencetuskan Program Pelayanan Dua Arah dan Jemput Bola pada masyarakat diharapkan untuk selanjutnya dapat dijadikan contoh untuk Pemerintah lain dalam merespon dan cepat tanggap dalam melayani kebutuhan masyarakat miskin dan rentan miskin dalam 24jam.

B. DESKRIPSI  KASUS           

  • Tingginya angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terutama wilayah kabupaten Sleman menunjukkan bahwa program pembangunan selama ini di laksanakan oleh pemerintah belum memberikan hasil maksimal, terutama program penanggulangan kemiskinan. Akan tetapi pemerintah daerah telah melaksanakan berbagai macam program yang  sifatnya jangka pendek maupun jangka panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi DIY adalah Pendidikan, pengangguran, dan Inflasi.

            Berikut data yang di keluarkan oleh BPS (Badan Pusat Statistika) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta:

C. ANALISIS KASUS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun