Ini jendela kamarku, kotor dan berdebu. Satu hal yang aku tahu, pandanganku ke luas cakrawala makin terbatas, untungnya gerombolan burung kecil sering berjinjit diperbatasan atap itu lalu menceritakannya untukku. Apapun.. apapun yang mereka temukan di dunia ini dengan mata mereka. Mereka baik banget tapi mereka gak mau aku potret ahaha..
.
Aku nggak ngerti kenapa tiba-tiba semuanya jadi aneh.. saat nemenin saudara belajar ‘nyetir’ lagi, aku malah sibuk berceloteh tentang matahari pagi, bukan mengajari tentang keseimbangan kopling dan gas.
.
Ini gak asik! Mereka suka berteriak-teriak, padahal jaraknya deket, kenapa semuanya penuh ego? Ada rasa yang tak adil disini. Seolah dunia ikut berkonspirasi menghakimi.. Aku coba lihat helai rambut aku, “oh belum memutih rupanya” aku serasa tua kali ini
.
Aku mencoba berfikir di parkiran saat menunggu mami belanja jajanan pasar tradisional. Seandainya aku punya hati seluas langit, kuharap aku bisa sedikit lega sekarang, sepertinya nafasku sesak akhir-akhir ini
.
Kutanyai kalung kerang yang bergelantung “Apa hari ini aku baik-baik saja?” Dia juga gak bisa jawab
.
Messi juga diem aja saat aku tanyai ini itu, aku hanya coba ingin berdiskusi, meluruskan masalah demi masalah, biasanya dia mengeong, kok messi jadi beda yah?
.
Saat rebahan aku juga nanya kepada tas kanvas, dia kan sering sama-sama aku, aku kira dia akan ngerti
.
Coba jalan ke mall ah,
.
Duduk manis di DON café.. siapa tahu aroma kopi bisa jadi kode morse ehehe (gak minum sih cuma cinta baunya aja)
.
Menjelang sore, akhirnya aku pulang, semuanya tak memberi jawaban, semuanya diam gak ngerti atau sedikit mengerti tapi malah ikutan bingung juga. Maka aku menyeka air mata untuk kesekian kali..
.
Jika ini seperti noda, ingin rasanya aku hapus dengan tissue. Aku menyesal.
.
Melati air.. Melati air.. Melati air di pot..
.
Cinta sesama manusia itu apa sih?
..