Mohon tunggu...
Alief El_Ichwan
Alief El_Ichwan Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis

mantan wartawanI Penulis LepasI Menulis artikel-cerpen-puisi-perjalan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gowes Solo Keliling Bali Bukan untuk Menikmati Seni

19 Maret 2017   17:15 Diperbarui: 19 Maret 2017   17:36 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali pertama gowes di luar Jawa 2012, yaitu keliling Bali dengan awal start bersepeda (gowes) dari Lumajang…

Gairah saat gowesan pertama menuju ke Bali, Senin (2/7), seakan mengalahkan rasa lelah perjalanan selama dua malam ikut numpang truk pengangkut ban vukanisir ke Lumajang, Jawa Timur. Terasa kurang tidur. Tubuh pegal harus duduk berjam-jam. Belakang kepala terasa sakit akibat terantuk sepeda yang disimpan dibelakang tempat duduk, ketika mengantuk. Barangkali lebih lima kali.

Truk yang saya tumpangi tiba jam 5.05 WIB di sebuah SPBU Sukodono, Lumajang. Setelah mengemas tas pannier di rak depan dan belakang sepeda, saya pemanasan sedikit. Saya mulai menggowes dengan pelan.

Perjalanan keliling pulau Dewata ini, telah saya rencanakan. Sengaja saya menumpang truk dengan pertimbangan mengirit ongkos. Selain itu, membawa sepeda dengan perbekalan yang cukup berat, lebih praktis naik truk ketimbang naik bus atau kereta api.

Ketika sepeda mulai meluncur, terasa udara pagi cukup menyegarkan. Terutama rasa gairah dalam dada. Setelah menggowes sekira 1 km, ada pelajaran pertama yang saya dapatkan, yaitu tetap harus menanyakan: apakah benar saya sedang menuju ke arah pelabuhan Ketapang, Banyuwangi? Meski ada petunjuk jalan ke arah Jember, tapi saya tetap menanyakan pada dua orang pesepeda.

Ternyata saya harus berbalik arah. Kedua orang pesepeda itu, menunjukan jalan lebih singkat. Benar saja, meski masuk ke jalan perkampungan, namun jalannya mulus. Kiri kanan terhampar persawahan. Nun disana nampak gunung Semeru.

Jalan ini, membawa saya tiba di jalan besar melalui daerah Jati Roto. Di Seberang jalan yang  dilalui, ada sungai cukup lebar. Selain itu, hamparan kebun tebu terlihat. Beberapa bagian nampak sudah dipanen. Paling menarik, ada rel lori yang melintang di jalan raya. Peringatan adanya kereta lori ini, juga dipasang di jalan. Beruntung, saya sempat tercegat kereta lori yang akan mengangkat tebu yang sudah dipanen. Ternyata cukup panjang kereta lori itu. Dengan jalan yang pelan, agak lama kereta lori berakhir melintas.

Rute yang agak berat ketika tiba di kawasan Kumitir. Cukup melelahkan melalui daerah itu. Jalanan masih terus menanjak. Dalam hati bertanya: kapan sampai puncaknya? Namun, saat jam menunjukan 4.30 (pada jam tangan saya), saya merasa berada di puncak. Benar saja, jalanan mulai menurun dan menurun. Tanpa sadar saya berteriak: yeah!

Brrr, ternyata dingin juga. Tapi tanggung berhenti untuk mengambil jaket. Sepeda terus meluncur tanpa di gowes. Lalu, saya agak heran mendapatkan daerah bernama “Glenmoore”. Seperti sebuah daerah di luar negeri. Benar saja, baliho selamat datang di Banyuwangi terpampang membuat saya gembira.

Saya berhenti sejenak untuk mengambil jaket. Udara dingin ini, seperti di Lembang Bandung Barat, mungkin akibat musim kemarau. Perbedaan suhu terasa sekali menjelang malam. Tak lupa lampu isyarat yang di belakang saya pasang.

Perkiraan saya sudah memasuki kota Banyuwangi, ternyata salah. Akhirnya, berhenti di sebuah SPBU sekitar jam delapan malam. Perjalanan hari ini, sudah cukup melelahkan. Dari Lumajang ke sini di maps google, 164 km.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun