Mohon tunggu...
Ali Bangun Gea
Ali Bangun Gea Mohon Tunggu... Principal at Alvira Remote Workers, Content Creator for #GenerasiWaras, Founder of Scorpion Indonesia Foundation

Menaruh perhatian pada ancaman sosial di era modern (judi, narkoba, prostitusi), perkembangan IT, serta konservasi satwa liar dan alam

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bangkit dari Kegelapan: Langkah Praktis dan Sensasional Mengatasi Jerat Kecanduan Sabu

25 Maret 2025   10:18 Diperbarui: 3 April 2025   15:19 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi konseptual seseorang yang tersedu di tengah kegelapan (Sumber: #GenerasiWaras)

Kegelapan dan kehancuran akibat kecanduan sabu adalah realitas pahit yang menghantui banyak individu, keluarga, dan komunitas di Indonesia. Jeratan zat adiktif ini tidak hanya merenggut kesehatan fisik dan mental, tetapi juga menghancurkan impian, merusak hubungan, dan menjerumuskan penggunanya ke dalam jurang keputusasaan. Perasaan terisolasi, kehilangan kendali, dan hancurnya harapan sering kali menjadi teman setia bagi mereka yang terperangkap dalam lingkaran setan kecanduan sabu. Mengingat tingginya prevalensi penggunaan narkoba di Indonesia, sebagaimana ditunjukkan oleh data yang menyebutkan jutaan penduduk pernah memakainya, urgensi untuk mengatasi masalah ini melalui informasi yang berdampak dan menggugah emosi menjadi semakin besar [1]. Artikel ini hadir sebagai panduan yang tidak hanya informatif tetapi juga membangkitkan kesadaran dan semangat untuk bangkit dari keterpurukan.

Fakta Ilmiah: Dampak Kecanduan Sabu pada Kesehatan Mental dan Fisik

Kecanduan sabu, atau metamfetamin, memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi kesehatan fisik dan mental penggunanya. Zat kimia dalam sabu secara langsung mempengaruhi fungsi otak, menyebabkan berbagai gangguan yang dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang [2].

Dari sisi kesehatan mental, penggunaan sabu dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi [3]. Meskipun pada awalnya sabu mungkin memberikan rasa tenang dan rileks, efek ini bersifat sementara dan justru memperburuk kondisi mental dalam jangka panjang. Penggunaan sabu juga dapat memicu psikosis, suatu kondisi yang ditandai dengan halusinasi (melihat, mendengar, mencium, atau merasakan sesuatu yang tidak nyata) dan delusi (keyakinan yang salah dan kuat) [2]. Selain itu, kemampuan berpikir dan fungsi kognitif juga dapat mengalami kerusakan akibat penggunaan sabu dalam jangka waktu lama. Perubahan pada sel saraf otak dapat mengganggu daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan mengambil keputusan yang tepat [2]. Pengguna sabu juga sering mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem, dari perasaan euforia menjadi cemas, depresi, atau kelelahan yang luar biasa [3]. Bahkan, risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan bunuh diri juga meningkat, terutama pada remaja dan dewasa muda [2]. Paranoia, perasaan terus-menerus dicurigai atau diawasi, juga merupakan efek samping umum dari penggunaan sabu [4]. Gangguan tidur atau insomnia juga sering dialami oleh pengguna sabu [2].

Tidak hanya kesehatan mental, kesehatan fisik juga menjadi korban dari kecanduan sabu. Sabu dapat menyebabkan masalah kardiovaskular seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, yang berpotensi menyebabkan serangan jantung dan stroke [4]. Sistem pernapasan juga dapat terganggu, menyebabkan pernapasan cepat dan bahkan pendarahan paru-paru [4]. Penggunaan sabu juga melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat penggunanya lebih rentan terhadap berbagai penyakit [4]. Kerusakan hati juga merupakan risiko serius akibat penggunaan sabu jangka panjang [5]. Salah satu dampak fisik yang sangat terlihat adalah kerusakan gigi dan gusi yang parah, sering disebut sebagai "meth mouth" [4]. Pengguna sabu juga sering mengalami penurunan berat badan dan kekurangan nutrisi [4]. Risiko overdosis dan kematian selalu mengintai pengguna sabu, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi [2]. Selain dampak langsung penggunaan, gejala putus obat (sakau) juga sangat menyiksa, meliputi kecemasan, paranoia, peningkatan nafsu makan, depresi, perubahan suasana hati, kesulitan berkonsentrasi, keinginan kuat untuk menggunakan sabu kembali, halusinasi, dan berbagai gejala fisik seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri tubuh [6].

Tabel berikut merangkum efek jangka pendek dan jangka panjang sabu pada kesehatan fisik dan mental:

EfekJangka PendekJangka PanjangKecemasanMeningkat [3]Kronis [7]DepresiMeningkat [3]Kronis [2]PsikosisHalusinasi, delusi [2]Gangguan psikotik kronis [4]Fungsi KognitifGangguan konsentrasi, daya ingat [2]Kerusakan permanen, kesulitan belajar, memori, perhatian, pemecahan masalah [2]Suasana HatiPerubahan ekstrem, mudah marah [3]Tidak stabil [3]KardiovaskularPeningkatan detak jantung, tekanan darah [4]Serangan jantung, stroke [4]Sistem ImunPenurunan [4]Semakin melemah [4]Hati-Kerusakan, peradangan, sirosis [5]Gigi dan Mulut-Kerusakan parah ("meth mouth") [4]Berat BadanPenurunan nafsu makan [4]Penurunan drastis [4]TidurInsomnia [4]Gangguan berkelanjutan [8]Gejala Putus Obat (Sakau)Cemas, paranoid, mudah marah, sulit konsentrasi, keinginan kuat menggunakanGejala emosional dan fisik berkepanjangan jika tidak ditangani dengan benar [9]

Strategi Pemulihan: Langkah Praktis Menuju Kehidupan Bebas Sabu

Meskipun tantangan kecanduan sabu terlihat berat, pemulihan adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Langkah pertama yang krusial adalah mengakui adanya masalah dan memiliki keinginan untuk berubah. Berikut adalah beberapa strategi pemulihan yang terbukti efektif:

1. Mencari Bantuan Profesional

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah lembaga pemerintah yang memiliki peran sentral dalam penanggulangan narkoba di Indonesia, termasuk menyediakan layanan rehabilitasi [9]. Individu yang mengalami kecanduan sabu dapat mendaftarkan diri untuk program rehabilitasi secara online melalui Sistem Informasi Rehabilitasi Nasional (SIRENA) atau dengan datang langsung ke kantor BNN atau fasilitas kesehatan terdekat [9]. Proses rehabilitasi yang ditawarkan BNN umumnya meliputi beberapa tahap, yaitu pemeriksaan kesehatan fisik dan mental, detoksifikasi untuk membersihkan tubuh dari zat adiktif, stabilisasi untuk membantu pemulihan jangka panjang, dan pengelolaan aktivitas untuk mencegah kekambuhan [9].

Selain BNN, berbagai jenis terapi juga terbukti efektif dalam mengatasi kecanduan sabu. Terapi Perilaku Kognitif (CBT) membantu individu mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang terkait dengan penggunaan narkoba [10]. Terapi Rasional Emotif Perilaku (REBT) membantu pecandu mengenali pikiran irasional dan mengembangkan cara untuk melawan perasaan negatif tersebut [10]. Terapi dengan obat-obatan tertentu dapat digunakan untuk mengurangi keinginan menggunakan narkoba dan mengatasi gejala putus obat, meskipun penggunaannya perlu dikombinasikan dengan terapi lainnya [11]. Terapi individu, kelompok, dan keluarga juga memainkan peran penting dalam proses pemulihan dengan memberikan dukungan, motivasi, dan membantu memperbaiki hubungan yang rusak [12]. Program 12 langkah, yang populer di berbagai negara, juga dapat menjadi pilihan terapi kelompok yang efektif [13]. Di Indonesia, terdapat berbagai pusat rehabilitasi narkoba, baik rawat inap maupun rawat jalan, yang dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan [14].

2. Strategi Self-Help

Selain bantuan profesional, ada beberapa langkah yang dapat diambil secara mandiri untuk membantu proses pemulihan. Meningkatkan kesadaran diri dan mengenali pemicu penggunaan sabu adalah langkah awal yang penting [15]. Mengurangi interaksi dengan media sosial dan menggantinya dengan kegiatan positif yang disukai dapat membantu mengalihkan perhatian dari keinginan menggunakan narkoba [15]. Mempraktikkan perawatan diri dan membangun kebiasaan hidup sehat, seperti tidur dan makan teratur, juga sangat penting dalam memulihkan kondisi fisik dan mental [16]. Menulis jurnal dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengekspresikan emosi, mendapatkan wawasan diri, dan melacak kemajuan dalam pemulihan [17]. Membangun sistem dukungan yang kuat dari keluarga, teman, atau kelompok sebaya yang positif juga akan sangat membantu dalam menghadapi masa-masa sulit [18].

3. Peran Dukungan Kelompok Sebaya

Dukungan dari teman sebaya yang memiliki pengalaman serupa dalam mengatasi kecanduan dapat memberikan motivasi dan rasa saling memahami yang unik [12]. Berinteraksi dengan orang-orang yang telah berhasil pulih dapat memberikan harapan dan menunjukkan bahwa pemulihan adalah hal yang nyata. Bahkan, mantan pecandu narkoba dapat membentuk komunitas dukungan untuk saling membantu dan menginspirasi [18]. Penting untuk diingat bahwa pengaruh teman sebaya dapat menjadi negatif jika masih bergaul dengan lingkungan yang mendukung penggunaan narkoba [19]. Oleh karena itu, memilih lingkungan pergaulan yang positif dan mendukung pemulihan sangatlah penting [9].

4. Pendekatan Spiritual dan Keagamaan

Bagi sebagian orang, pendekatan spiritual dan keagamaan dapat menjadi sumber kekuatan dan motivasi yang besar dalam proses pemulihan. Beberapa program rehabilitasi bahkan mengintegrasikan unsur-unsur keagamaan dalam metodenya [9].

Tabel berikut merangkum beberapa jenis terapi yang umum digunakan dalam mengatasi kecanduan narkoba:

Jenis TerapiDeskripsi SingkatSumberTerapi Perilaku Kognitif (CBT)Membantu mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang terkait dengan penggunaan narkoba.[10]Terapi Rasional Emotif Perilaku (REBT)Membantu mengenali pikiran irasional dan mengembangkan cara untuk melawan perasaan negatif.[10]Terapi dengan Obat-obatan TertentuMengurangi keinginan menggunakan narkoba dan mengatasi gejala putus obat, biasanya dikombinasikan dengan terapi lain.[11]Terapi Individu, Kelompok, dan KeluargaMemberikan dukungan, motivasi, dan membantu memperbaiki hubungan yang rusak akibat kecanduan.[10]Terapi 12 LangkahProgram terapi kelompok yang menekankan pengakuan akan adanya masalah, penyerahan diri, dan pertemuan kelompok rutin.[13]Manajemen Kontingensi (Contingency Management)Memberikan penghargaan atau insentif untuk perilaku positif yang mendukung pemulihan.[10]Komunitas Terapeutik (Therapeutic Community)Metode rehabilitasi yang berfokus pada perubahan perilaku dan gaya hidup melalui partisipasi aktif dalam komunitas yang mendukung pemulihan.[14]

Cerita Inspiratif: Cahaya di Ujung Terowongan

Kisah-kisah nyata dari mereka yang berhasil bangkit dari jeratan kecanduan sabu adalah sumber motivasi yang tak ternilai harganya. Di Indonesia, banyak individu yang telah melewati masa-masa kelam kecanduan dan kini hidup sehat dan produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun