Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuncup Melati di Saat Senja

2 September 2021   20:47 Diperbarui: 2 September 2021   20:52 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: Mardziana, Wordpress.com)

Di dalam batinku begitu bahagianya ketiga putriku itu dapat bersenda gurau dengan ayahnya. Aku berusaha untuk tidak menampakkan rasa kecewa yang menyelimuti jiwaku di hadapan ketiga putriku.

"Ya Allah, seandainya ketiga putriku mengetahui keadaan yang kualami saat ini, tentu mereka akan membenci sosok ayahnya. Bahkan mereka juga merasa malu nantinya, jika sampai teman-temannya melihat keluarganya berantakan. Aku tidak ingin ketiga putriku harus mengalami tekanan batin." 

Aku segera beranjak dari lamunan ku sesaat setelah ketiga putri dan suamiku hilang dari pandanganku.  Aku pun bergegas untuk menuju ke tempatku bertugas. Perlahan-lahan aku mengendarai sepeda motorku dan memarkirkan di lokasi parkir sekolah.

Setelah jam istirahat selesai, aku menuju ruangan UKS dan duduk sendiri. Dua jam pelajaran sebelum jam terakhir, aku tidak ada jadwal mengajar. 

Sahabatku Arum datang menghampiri, ketika aku berada di dalam ruangan. "Tika, sepertinya wajahmu terlihat sedih hari ini. Apa yang telah terjadi denganmu." Aku berusaha untuk tidak mengatakan apapun kepada Arum, sahabat yang selalu memberikan perhatian dan solusi saat diriku menghadapi permasalahan. 

"Aku tidak apa-apa Arum, mungkin hanya terlalu letih dengan pekerjaan di rumah sehingga terlihat kurang semangat." Ucapku, mencoba mengalihkan pertanyaan Arum. 

"Aku tahu Tika, saat ini engkau sedang menghadapi masalah rumah tangga. Aku juga pernah mengalami beberapa tahun yang lalu." Arum berusaha untuk mengorek keterangan dariku, tanpa ku tutup-tutup kuungkapkan seluruh masalah yang kualami saat ini. 

Aku tahu Arum, merupakan sahabat terdekat di tempatku bertugas. Ia merupakan sosok guru BP yang dapat menjaga kerahasiaan masalah yang dialami orang lain.

"Begitulah permasalahan yang sedang kualami Arum. Aku tidak ingin ketiga putriku, Amel, Carla, dan Wanda mengetahui jika ayahnya melakukan perselingkuhan. Aku tidak ingin masa depan mereka dan perkembangan jiwa mereka terganggu akibat ulah ayahnya." Aku pun mengungkapkan kembali kondisi rumah tanggaku, di saat diriku sedang dalam keadaan sakit yang cukup lama. 

"Wildan, suamiku sedikitpun tidak peduli dengan sakit yang kualami. Aku seakan terkena guna-guna atau sihir dari orang yang sengaja berencana untuk merusak keutuhan rumah tanggaku. Hingga aku sembuh dari penyakit yang ku derita. Wildan, berulah dengan mendekati seorang perempuan yang sudah lama berpisah dengan suaminya. Betapa hancur perasaanku, kesetiaan yang kupertahankan telah ternoda."

"Sabar Tika, engkau harus mampu bertahan meskipun terasa menyakitkan. Ingatlah ketiga putrimu itu. Mereka akan kehilangan sosok ibu yang tangguh seperti dirimu. Engkau juga tidak ingin jika hak asuh ketiga putrimu nantinya diserahkan kepada suamimu dan ibu baru mereka. Engkau harus tetap kuat menghadapi semua ini, meskipun jiwamu rapuh." Itulah yang aku khawatirkan jika aku dan Wildan berpisah, ketiga putriku akan mengalami goncangan kejiwaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun