Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tujuh Cendikia di Masa Pandemi (Baktimu di Hari Guru)

22 November 2020   21:08 Diperbarui: 14 April 2021   17:59 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: Pinterest/pin)

Jika saja tugas mulia ini tidak dijalankan, kelak generasi masa depan akan menjadi generasi yang lemah pengetahuan, bahkan akan menjadi mangsa bagi bangsa lain. 

"Saya sebenarnya merasa kelelahan untuk mengikuti kegiatan ini. Akan tetapi tugas mulia ini harus saya jalankan dengan sebaik mungkin, dan rasa lelah ini jangan sampai melemahkan cita-cita saya menanamkan semangat bagi generasi muda, yang kelak di atas pundak merekalah bangsa ini akan maju."

Arief sambil meneguk secangkir teh berbincang dengan seorang guru berasal dari kawasan daerah pelosok bernama Purwoko. "Ya, saya juga memiliki keinginan agar generasi sekarang ini jangan sampai terlena. Pandemi ini jangan dijadikan sebagai alasan untuk bersantai tanpa ada aksi untuk tetap belajar dan berkompetisi. Yang penting, kita senantiasa mematuhi protokol kesehatan dan semangat belajar harus senantiasa kita tumbuhkan di dalam diri anak didik.

"Bu Linda, saya sangat bersyukur dapat mengenal ibu beserta ibu guru lainnya yang hebat. Tak terbayangkan, seandainya para guru tidak melakukan tindakan cepat untuk mengantisipasi pembelajaran jarak jauh dan dibukanya kembali belajar tatap muka, cepat atau lambat generasi kita akan semakin tertinggal dari bangsa lain. Anak-anak akan semakin malas dan tidak akan memiliki keinginan untuk berkarya dan berinovasi." Vie Salma sesaat berbincang dengan Ibu Linda dan Ibu Raihanul sambil menikmati beberapa potong kue, di sela-sela beristirahat setelah selesai diskusi. 

"Benar yang Vie Salma ungkapkan, tugas kita sebagai ujung tombak dunia pendidikan harus tetap semangat dan terus berjuang untuk mempersiapkan generasi emas 20 tahun yang akan datang. Siapa pun akan merasa takut serta khawatir karena pandemi ini berisiko bagi tenaga guru seperti kita ini. Namun kita harus tetap yakin, perjuangan untuk tetap mencerdaskan anak bangsa harus terus kita gaungkan." Tegas Bu Linda kepada rekan-rekan guru yang tergabung dalam kelompok tujuh. "Kita harus selalu bersatu padu mengayunkan langkah kaki, di mana pun berada. 

Kita bangun daerah masing-masing, meskipun kita berbeda daerah dalam bertugas. Membangun generasi muda melalui motivasi belajar, jangan biarkan anak-anak didik kita terjerumus dalam kebodohan. Sebab kebodohan awal dari munculnya kemiskinan, dan kemiskinan dapat menyebabkan terjadinya tindakan kriminalitas. Dengan selalu optimis, hidup akan lebih sejahtera." Raihanul menutup perbincangan. Rika, Rahmati, dan Afriani pun tersenyum menatap guru-guru lainnya di ruangan diskusi.

Menjelang siang hari, kegiatan pendidikan dan pelatihan pun berakhir dengan satu tekad bulat untuk terus memotivasi generasi masa depan menjadi generasi yang cerdas dan berakhlak. Di wajah para cendikia, termasuk tujuh cendikia dari kelompok tujuh, tersimpan mimpi dan harapan. 

Para cendikia saling bersalam-salaman untuk kembali ke daerah masing-masing. Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang telah diperoleh selain menjadi sarana bertukar informasi dan pengalaman, juga dapat menumbuhkan dan menjaga nilai-nilai persaudaraan serta persatuan di dalam berbangsa dan bernegara. 

"Terimakasih, Bapak dan Ibu guru, semoga pertemuan kita sebagai tujuh cendekia dari kelompok tujuh selalu tetap terjalin harmonis. Walaupun kita berbeda daerah dalam bertugas, tetapi kita satu tujuan dalam membentuk generasi yang cerdas, berilmu, dan berakhlak." Ucap Arief menutup pembicaraan dengan enam orang cendikia perempuan yang gigih, pemberani, cerdas, dan merupakan sosok pahlawan tanpa tanda jasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun