Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dendam di Ujung Mutilasi

18 September 2020   18:39 Diperbarui: 20 September 2020   16:55 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seram menyakiti tak mengerti diri

Sadis tersimpan dalam jiwa yang berlumur noda

Kejam bertindak seakan berdetak tak bergerak

Hati mati tak lagi bersifat manusiawi

Korban dianggap benda mati sangat dibenci

Pikiran berisi nafsu membunuh tanpa ragu

Mutilasi seperti tergenggam di tangan mereka

Tak sadar detak jantung korban tiada bernyawa

Dendam menjadi awal memusnahkan

Harta juga tersemai untuk diperebutkan

Sadarkah nyawa terputus diam tersembunyi

Di balik luka titik nadi yang terhenti 

Mutilasi terus menerus ibarat bangkai terbungkus

Di sisi hitam pembunuh sadis tersenyum sinis

Tiada tersiksa meskipun berkutat dalam derita

Musnahkan kebajikan hati dengan jiwa berdosa

Tiada peduli yang terjadi terus meronta

Kebencian yang terus terbias dipertontonkan

Mutilasi tak lagi harus terulang kembali

Di tengah bencana silih berganti

Hukuman mati sembunyi di lingkaran hak asasi

Bertumpu sepi korban yang tersakiti

Napas lepas dari tubuh dingin membiru

Seakan menunggu keadilan kematian

18 September 2020

(Ali Kusas)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun