Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata Penyesalan

2 Juli 2020   08:06 Diperbarui: 4 Juli 2020   14:32 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus yang telah menjeratku sehingga harus menerima putusan pengadilan dan mendekam selama 5 tahun di sel tahanan, harus ku jadikan pengalaman yang sangat berharga. Di mata keluarga, aku sudah seperti manusia tak berkepala. Apalagi di tengah-tengah masyarakat, mereka sudah menganggapku seperti sampah. Jujur saja, sebenarnya aku sudah sangat tidak berharga.

Aku tertunduk malu dan mengikuti sipir untuk segera masuk ke sel tahanan, setelah putusan pengadilan ditetapkan hakim. Lima tahun masa tahanan harus aku terima dan lalui nantinya. Aku divonis 5 tahun penjara karena dituduh sebagai pemakai dan pengedar narkoba yaitu sabu-sabu. Memang semua yang telah terjadi pada diriku, adalah kesalahan yang sangat fatal yang pernah aku lakukan.

Sebelumnya, aku dikenal sebagai seorang pemuda yang baik, tidak pernah sekalipun berbuat kesalahan apalagi sampai terlibat kasus narkoba. Aku seperti masuk perangkap setan, ya semuanya karena Anton. Antonlah yang telah menjebakku dengan menggunakan sepeda motorku, ia memasukkan 2 kg sabu ke dalam bagasi motor. Aku tidak merasa curiga saat ia mengembalikan motor kepadaku. Ketika hendak pulang ke rumah, di perjalanan terjadi razia, lalu sepeda motorku diperiksa aparat kepolisian. Aku sangat kaget saat seorang polisi memborgol pergelangan tanganku. Aku pun segera dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan karena di dalam bagasi motorku ditemukan bungkusan plastik berwarna hitam.

Aku sangat terkejut saat seorang aparat kepolisian mengatakan, jika aku termasuk dalam jaringan sindikat narkoba. Aku merasa sangat terpukul akan musibah yang sedang kualami. Kedua orangtuaku juga seakan tidak percaya, saat aparat kepolisian menyampaikan berita jika aku berada dalam tahanan. Seakan tersambar petir, kedua orangtuaku mendengar berita tersebut. Aku berusaha menjelaskan kepada kedua orangtuaku bahwa aku tidak seperti yang dituduhkan.

Anton temanku tersebut, hingga sekarang belum ditangkap. Ia melarikan diri, ketika aku ditangkap aparat kepolisian. Keberadaannya pun tak dapat diketahui, bak ditelan bumi saja. Aku harus menerima risiko yang kini harus kujalani. Sembilan tahun, bagiku itu waktu yang sangat lama. Waktu yang akan menjadi kenangan pahit bagiku.

Aku hanya mampu meneteskan air mata penyesalan. Mengapa aku harus berada di dalam ruangan yang telah menghilangkan kebebasanku? Aku tak ingin kembali ke dalam ruangan ini lagi, jika aku dibebaskan nanti. Waktu demi waktu terus ku lalui dengan penuh rasa kesabaran. Aku pun merasa kelak kejenuhan di dalam ruang tahanan ini segera berakhir.

Empat tahun sebelas bulan telah ku lalui di dalam sel tahanan. Pengalaman pahit dan berharga akan ku jadikan sebagai pembelajaran nantinya. Aku berusaha untuk melupakan segala yang telah terjadi. Termasuk kesalahan dari Anton, temanku yang telah menjebakku saat itu.

Aku melihat siaran berita dari televisi, bahwa seorang pemuda bernama Anton telah diadili dengan putusan hukuman selama 15 tahun penjara karena kasus narkoba. Dua hari setelah berita di televisi itu disiarkan, aku melihat seorang sipir membawa seorang pemuda yang ciri-cirinya seperti Anton. Benar saja, itu Anton temanku yang telah membuat diriku berada di dalam ruangan tahanan ini.

Aku pun memanggilnya, sesaat dia menoleh ke arahku lalu meminta sipir untuk memberikan kesempatan kepadanya agar dapat menuju ruanganku. Dengan kepala tertunduk dan rasa penyesalan, Anton meminta maaf kepadaku akan kesalahan yang telah dilakukannya kepadaku. Air mata jatuh dari pelupuk matanya, seakan tak mampu lagi untuk mengungkapkan rasa penyesalannya selama ini. Aku pun memaafkan Anton dengan penuh keikhlasan. Tidak ada perasaan dendam dihatiku, walaupun Anton telah menyakitiku selama ini.

Waktu yang telah ku nantikan untuk memperoleh kebebasan pun akhirnya terjadi. Pagi ini, aku akan meninggalkan semua kenangan yang akan aku jadikan pengalaman berharga. Aku tidak akan berada dan kembali untuk kali kedua, ke ruangan yang membelenggu kebebasan hidupku. Semua hal yang telah ku dapatkan dari ruang tahanan, akan aku jadikan modal kehidupan untuk menjadi lebih baik lagi.

Aku melihat banyak perubahan yang telah terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggalku. Senyum dan sapa seakan tak terlepas dari wajah masyarakat di sekitar rumahku. Mereka tetap menerima kehadiranku. Ayah dan ibuku pun memeluk erat tubuhku dengan deraian air mata. Mereka tahu jika aku tidak pernah melakukan kesalahan yang telah dituduhkan kepadaku. Kini aku akan membuka lembaran hidup yang baru bersama kedua orangtuaku. Lembaran yang akan mewarnai kehidupanku ke masa yang lebih bermakna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun