Mohon tunggu...
Abdurachman Ali
Abdurachman Ali Mohon Tunggu... Insinyur - Hidup dengan penuh syukur

Writer-Traveller-Engineer

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Harga BBM Belum Turun?

27 April 2020   12:05 Diperbarui: 27 April 2020   12:04 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Tabel Harga BBM non subsidi (Sumber: laporan harga bbm terkini)

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2020 terjun 55,9 dolar AS atau sekitar 305 persen, menjadi -37,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Senin 20 April 2020. 

Ini adalah sejarah baru dalam sejarah perdagangan emas hitam dunia. Kehebohan langsung terjadi, Analisa segera dibuat dan banyak pertanyaan menyeruak ke permukaan. Salah satu pertanyaan yang banyak muncul di Indonesia adalah, 

Apakah dampak turunnya harga minyak dunia ke harga Bahan Bakar Minyak (BBM)? Tentunya akan sangat menggembirakan jika harga BBM turun karena ini adalah komoditas yang digunakan hampir oleh semua orang. 

Namun sampai saat ini, harga BBM belum turun secara signifikan. Per hari ini harga Premium masih ada di kisaran Rp.6.450 per liter, sedangkan Pertamax pada kisaran Rp.9.000 per liter. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel harga BBM non subsidi dibawah.

Jika dilihat memang terdapat penurunan harga dari penetapan harga sebelumnya, namun tidak signifikan. Kita ambil contoh untuk premium terdapat penurunan Rp 100 dari Rp 6550 ke Rp 6440 

Jika dikonversi dengan kurs USD sebesar Rp 15.353 per 1 USD (Kurs per 26 April 2020) maka akan didapat penurunan sebesar USD 0.0065, bandingkan dengan penurunan harga minyak dunia yang mencapai belasan bahkan puluhan USD. Wajar kemudian banyak yang bertanya-tanya mengapa harga BBM belum turun secara signifikan?

Kejadian saat ini mirip dengan yang terjadi pada pertengahan tahun 2015. Pada saat itu harga BBM tidak turun mengikuti turunnya harga minyak dunia yang sudah berada di kisaran USD 50 per barel. 

Padahal pada awal tahun 2015, Presiden sudah membuat keputusan untuk mencabut subsidi BBM. Hal ini berarti harga BBM semakin tergantung dengan harga pasar karena sudah tidak ada lagi batasan akibat subsidi (baca : tolong harga bbm nya ditinjau lagi pak). 

Saat itu, Menteri ESDM mengatakan bahwa harga BBM belum turun dikarenakan selisih positifnya akan digunakan untuk menutupi defisit Pertamina yang berdarah-darah akibat menanggung subsidi saat harga minyak tinggi. 

Saat itu Penulis menyayangkan sikap Pemerintah yang tidak konsisten dan tidak transparan. Hal ini semakin memperkuat anggapan di masyarakat bahwa harga BBM mudah sekali untuk naik, namun sulit untuk turun, bahkan setelah subsidinya dicabut.

Lalu bagaimana sekarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun