Mohon tunggu...
Ali Efendi
Ali Efendi Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pemerhati Sosbud dan Lingkungan - Lahir dan tinggal di Kampung Nelayan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Riwayat Lautku, Dulu dan Sekarang

5 Februari 2020   16:37 Diperbarui: 5 Februari 2020   16:36 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap musim barat tiba, sebagian nelayan tradisional libur total selama satu bulan, terkadang sampai dengan dua bulan karena cuaca tidak bersahabat. Angin kencang, gelombang besar dan gelombang, disertai dengan mendung hitam dari arah barat dan hujan tidak terus menerus.

Kondisi laut pada malam hari air laut pasang dengan suara ombak meraung-raung menghantam tembok pantai terkadang menimbulkan abrasi dan pengikisan daratan yang dapat membahayakan keselamatan penduduk pesisir pantai. Pada pagi hari air laut surut sehingga tampak seperti daratan, di sebagian dasar berpasir lembut dan sebagian terdapat batu karang.

Kondisi ini dimanfaatkan oleh sebagian anak-anak nelayan yang libur sekolah untuk bermain sepak bola dan permainan tradisional khas masyarakat pesisir di bagian dasar laut yang berpasir, dari pagi hari sampai siang hari atau terkadang sampai pasang air laut.

Sebagian nelayan memperbaiki perahu dan peralatan tangkap, serta sebagian mencari kerang, siput laut, udang, dan bermacam-macam ikan yang hidup di karang sebagai pengganti libur melaut.

Itulah nostalgia 45 tahun yang lalu, jika ingat keadaan seperti itu ingin rasanya mengulang kembali tetapi tidak mungkin. Lautku saat ini kondisinya sangat menyedikan, pesisir pantai yang sangat indah kini berubah menjadi tempat pembuangan sampah masal dan tempat pembuangan air limbah rumah tangga.

Hal itu diperparah oleh warga nelayan membuat tangkis penghalang gelombang berjenis "bongbis" sehingga sampah yang dibuang ke laut dan air limbah rumah tangga menjadi terjebak. Air laut pasang surut tidak bisa sirkulasi dengan baik dan sempurna karena terhalang oleh bongbis.

Pemasangan bongbis berdampak pada perubahan dasar laut sebagian menggunung dan sebagian berlumpur, padahal duhulu datar dan merata tetapi kini telah berubah. Anak-anak nelayan sekarang tidak tertarik dan malas bermain ke laut karena kondisinya kotor, di samping itu mereka lebih akrab dengan teman barunya gedget.

Lebih menyedihkan lagi pesisir pantaiku juga dihimpit perusahanaan dan pelabuhan yang menjorok ke tengah laut melewati batas karang. Perusahaan febrikasi dan galangan kapal telah melakukan reklamasi melebihi batas yang disepakaati masyarakat nelayan setempat.

Sementara di sebelah timur dibangun pelabuhan penyebrangan antar pulau yang kini telah ramai penumpang dan bongkar muat barang. Walaupun tidak melakukan reklamasi tetapi bangunan pelabuhan yang menjorok ke utara telah menggangu dan membatasi area penangkapan ikan bagi nelayan tradisonal.

Awal Januari saat masih liburan, saya berkesempatan mengajak istri dan anak untuk mencari hiburan dengan mengenalkan laut. Kebetulan saat itu awal musim barat, pagi hari air laut surut dan cuaca mendung tipis membuat suasana sangat menyenangkan.

Anak dan istri sangat riang gembira dan menikmati liburan ini, tetapi saya kaget karena aneka biota laut di karang yang dulu melimpah ruah dan bertebaran di mana-mana, kini menjadi menjadi langkah. Aneka macam biota yang menghuni karang sebagian telah punah dan tinggal sebagian saja yang ada, itupun sekarang tinggal kecil-kecil bentuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun