Mohon tunggu...
Ali NR
Ali NR Mohon Tunggu... Buruh - Penulis

Tetap semangat sampai tujuan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kidung Kegelapan

24 Desember 2020   14:14 Diperbarui: 24 Desember 2020   14:19 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kini aku telah menyatu dengan deru napasmu untuk menghapus segala cerita tentang si burung finix yang kan kembali lahir dari sudut kegelapan.

Dari balik jeruji besi ini akan kubakar satu demi satu lumbung-lumbung dusta yang kian melebarkan sayapnya. Lihatlah kedua tangan ini dimana api telah bertahta dan membakar habis nurani.

Dengarlah desiran angin selatan itu, tidakkah kau cium amis darah dan tulang belulang berserakan telah membuat dada ini semakin sesak saja.

 Aku muak dengan semua ini, kemanapun aku berlari amis darah ini tetap saja tak pergi dari penciumanku.

Mari kita akhiri kisah ini, kisah tentang kesatria kegelapan dan seekor burung finix yang rela menjadi tumbal demi menambal baju jirah sang kesatria agar ia bisa kembali berperang dan menjadi seorang pemimpin sejati, meski ia tak punya negara dan istana dan juga singgasana.

pojok sunyi: 30 09 18

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun