Mohon tunggu...
Damara Puteri S
Damara Puteri S Mohon Tunggu... Penulis - Self healing by writing

Seorang ibu yang suka menulis sebagai sarana mencurahkan isi hati dan kepala.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dunia Ini Tidak Adil (?)

27 Mei 2022   09:35 Diperbarui: 27 Mei 2022   09:44 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Dunia ini tidak adil. Dan sebab banyak orang (kalau bukan semua) yang sepakat, maka di situlah letak adilnya dunia."

Entah kalimat ini saya temui di mana. Waktu itu iseng ber-medsos ria. Jika pembaca ada yang mengetahui sumber valid kalimat ini, silakan tulis di kolom komentar dan akan saya edit tambahkan keterangan penulisnya/penuturnya.

Dunia ini tidak adil. Banyak orang berhati baik justru hidup dalam kesusahan. Sedangkan mereka yang gemar menipu rakyat dengan janji manis justru hidup dengan harta bergelimang. 

Dunia ini tidak adil. Banyak mereka yang "serius" bekerja sepenuh hati demi memajukan kecerdasan bangsa justru gajinya "bercanda". Sedangkan mereka yang pekerjaannya "bercanda" dan mencari sensasi semata justru gajinya sangat "serius".

Dunia ini tidak adil? Iya, mungkin. 

Maksudku, mungkin kita perlu memahami lebih dekat dengan realitas "tidak adil". Sederhana saja. Jika banyak orang mengeluhkan bahwa nasibnya seharusnya bisa lebih baik dari yang dihadapi kini, maka sejatinya itu menunjukkan bahwa dunia ini tidak adil ke banyak orang (kalau bukan semua). 

Jika dunia ini tidak adil bukan hanya pada diri kita sendiri, melainkan pada banyak orang lainnya, maka simple itu menunjukkan di situlah letak "adilnya dunia" pada kita semua. Dunia tidak adil pada banyak orang = dunia (berlaku) adil.

Saya yakin tidak semua pembaca akan memahami ini dan mengamininya. Oleh karena itu saya mengambil realitas lain yang dekat dengan realitas "dunia ini tidak adil". Realitas yang dimaksud ialah perilaku membandingkan keadaan diri dengan keadaan orang lain. Orang Jawa familiar dengan istilah sawang-sinawang. 

Realitas ini mewakili perilaku seseorang yang membandingkan keadaan dirinya dengan orang lain yang (biasanya) dinilai lebih mujur atau lebih beruntung dari dirinya. Seolah "rumput tetangga terlihat lebih hijau" dibandingkan rumput milik sendiri. Dunia ini tidak adil (?).

Saya tidak hendak menjawabnya dengan argumentasi "siapa yang menanam, ia akan memperoleh hasil panennya" atau "mereka yang berusaha, akan mendapatkan hasil daripada usahanya tersebut". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun