Mohon tunggu...
AL HAKAN JAZULI
AL HAKAN JAZULI Mohon Tunggu... Penulis - I want to be a nerd

Hi.. it's me Hakan, Welcome to my page

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ini Salah Siapa? Atau Semua Memang Salah Pemerintah?

27 Februari 2021   11:14 Diperbarui: 16 Maret 2021   00:51 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kok teringat lagu Ebiet G ade ya wkwkw lol

"Apa yang dapat kubanggakan? Kata maafku pun belum kau mengerti Dosa siapa? Ini dosa siapa? Salah siapa? Ini salah siapa? Mestinya aku tak bertanya lagi Kudengar ceria suara tawamu menikam jantung"

Satu hal yang pasti, sejak media sosial menjamur di Indonesia, masyarakat kita semakin kritis dalam berkomentar tentang pemerintah Indonesia. Ada beberapa kemungkinan yang yang bisa memicu hal tersebut.

Pembungkaman selama 30 tahun lebih di Era Orde Baru membuat dan memicu yang masyarakat sekarang merasakan kebebasan berpendapat yang dulu tidak ada seperti sesuatu yang telah lama ditahan-tahan, lalu dengan adanya kesempatan we swing our bat with one time swing dengan keras. Tapi in other hand, jadinya banyak yang asal ngomong nih! karena sudah terlalu bebas. 

The worst possibility I think adalah, misalkan hate speech nya udah keterlaluan, dan ini bisa menimbulkan fake news yang kita asumsi sehari-hari, yang mana bakal mengancam demokrasi kita sendiri. Okay, itu adalah hipotesis awal ku ya! Untuk mendukung hipotesis ku pribadi, Prof Salim Said pernah berkata, kalo generasi beliau itu adalah generasi yang berhati-hati dalam berbicara, dan zaman sekarang sudah beda. Begitu sih kata beliau.

Selain itu, track record pemerintah yang korup juga membuat all of this makes sense sih, selalu diwarnai skandal korupsi membuat banyak orang tidak percaya dengan pemerintah. Ditambah lagi lack of transparency dan media platform penyedia berita yang biased serta keterpihakan ke golongan tertentu, membuat masyarakat kita sulit untuk mendapatkan asumsi berita yang truest dan benar-benar adanya.

pastel-purple-playful-e-learning-platforms-education-linkedin-single-image-ad-3-604f9e39d541df63df047902.png
pastel-purple-playful-e-learning-platforms-education-linkedin-single-image-ad-3-604f9e39d541df63df047902.png
Then, apa benar semua ini salah pemerintah?

Before I tell you my opinion, Aku mau ngambil satu permasalahan yang sempat viral ketika pemilihan Presiden pada tahun 2019 yang lalu. Yaitu tentang tagar #2019GantiPresiden. Dari sini aku pernah kepikiran deh, kenapa sih ada Gerakan demikian? Kenapa harus ganti presiden segala? Pernah gak sih kita berpikir, apakah Indonesia akan maju kalo cuma ganti presiden? Let's say Japan atau Amerika yang sudah terlebih dahulu maju. 

Apakah misalkan Ketika Joe Biden memimpin Indonesia, Indonesia akan maju? Atau ketika kaisar Akihito memimpin Indonesia, apakah Indonesia akan maju? Siapa sih pemimpin paling hebat? Apa kalo Abraham Lincoln memimpin Indonesia, Indonesia akan maju? Atau Jhon F. Kennedy? Nah lalu kenapa tidak ada gerakan ganti rakyat aja? Misalkan rakyat Indonesia pindah ke Amerika atau Jepang, dan rakyat Amerika pindah ke Indonesia, pertanyaannya bakal maju gak tu Indonesia? And what will happen ketika Jepang atau Amerika diisi oleh rakyat Indonesia? Jepang dan Amerika yang dulunya maju, what will happen? Ayo siapa yang berani jawab?

Mungkin ada bantahan, "oh kan itu pilihan rakyat, amanah, segala macamnya" yep totally agree, memang pantas sih ketika pemerintah gagal menunaikan kewajibannya itu harus dimaki, harus di ulek-ulek. Tapi rasionalnya, kalo kita diposisi mereka apakah kita akan berhasil? Apakah kita bisa menjadi lebih baik? Atau jangan-jangan kita bakal jadi lebih buruk dari mereka?

Disaat buku ini sedang dalam penulisan, diliris oleh CNBC mengenai 10 provinsi termiskin di Indonesia. Aceh adalah provinsi termiskin di Sumatra. What follows that banyak masyarakat yang secara satire mengirimkan papan bunga ucapan atas keberhasilan Gubernur Aceh dalam prestasi menjadi provinsi termiskin di Sumatra.

 Seemingly to blame the government/ menyalahkan pemerintah tentang case kemiskinan yang terjadi di Aceh. So, what is the solution? satu solusi yang mau aku sampaikan adalah memaksimalkan semua potential yang ada tanpa adanya rasa superior diantara gender roles (Which will be explained on the next chapter.) Anyway, let me give you an example about consumerism theory in America. 

Jadi masyarakat America itu memiliki work ethic yakni percaya akan devotion to hard-work, duty, thrift, self-decipline, and responsibility. Bahkan ada jargon "This is America, the harder you work the more success you will gain". Americans may appear materialistic but they also idealistic. They believe in the significance of work beyond the earning of a salary. Nah, memang sih perbedaan etos kerja orang-orang Amerika itu I would say like crazy. Nah! Bagi kamu yang mungkin udah nonton "Emily in Paris" pasti tau nih perbedaan antara Emily dan orang-orang Prancis lainnya, at once they said to Emily. "Emily, Americans life is to work and we work to life."

Do we dare to work like that in this very competitive world? Atau jangan-jangan we are pointing to government seakan-akan ini tunggal salah pemerintah karena kita tidak tau siapa lagi yang harus disalahkan, atau memang kita tidak berani tunjuk diri sendiri atas kesalah kita?

Tentang case kemiskinan sendiri, apa benar salah pemimpin 100%, dan anyway sampai sejauh mana sih kita sudah berusaha? Apa kita udah pakai waktu kita 100% wisely? Atau cuma banyak menghabiskan waktu spin-spin scatter di warkop? Mungkin bisa jadi, yang katanya kita terlalu sibuk tapi belum productive? Kamu sibuk atau productive? Pernah gak sih at once kamu bertanya ke diri sendiri am I really that busy? Or I just make it up? Bagaimana sih sibuknya kalian? How you define sibuk? Atau sebenarnya nya bukan sibuk, tapi tidak bisa manage waktu mungkin?

A lot of questions to answer!

That's why aku pribadi, instead of blaming dan menyalahkan sana-sini, I prefer untuk mengajak teman-teman semua untuk menjadi part of solution gitu, jangan sampai perkataan Megawati: "Milenial banyak mengeluh dan manja" menjadi kenyataan. Mau nge-quote kata manis dari film start-up nih! "Don't let someone's opinion about you becomes reality."

Sebenarnya pembahasan ini panjang sekali, but I just make it brief dan merangkum some of pivotal points. If you have your thoughts, I'd love to hear that :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun