Mohon tunggu...
Gita MutiaAgustin
Gita MutiaAgustin Mohon Tunggu... Freelancer - Girl's Dreams

Spero Spera💫

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yuk, Kenali Etika dalam Mencintai

6 Agustus 2020   14:16 Diperbarui: 19 Agustus 2020   20:50 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Manusia merupakan makhluk yang sempurna, sebab kita diberkahi akal untuk berpikir. Manusia juga dianugerahi emosi yang membuat hidup kita lebih berwarna. Hidup tanpa emosi seumpama ruang kosong, terasa hampa. Emosi bagaikan bumbu-bumbu penyedap yang memberi rasa dalam melewati lika-liku kehidupan.

Salah satu emosi yang dirasakan manusia adalah perasaan mencintai. Menginjak usia remaja, menyukai lawan jenis adalah hal yang biasa. Setiap remaja puber pasti mengalaminya. Namun, terdapat beberapa perkara yang perlu diperhatikan dalam menyukai seseorang.

Etika dalam mencintai seseorang hendaknya tidaklah berlebihan. Sebab, sesuatu yang berlebihan akan memperoleh hasil yang tidak baik. Bisa jadi perasaan yang terlampau berlebihan itu hanyalah sebuah obsesi semata. Sukailah sesuatu dengan kadar sewajarnya, artinya tempatkan perasaan suka itu dalam takaran yang tepat. Selayaknya memberi bumbu pada masakan, jika diberi takaran yang pas akan menghasilkan rasa yang sedap.

Sebagaimana penggalan hadist berikut ini,"Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang kamu cintai menjadi orang yang kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi orang yang kamu benci menjadi orang yang kamu cintai." (HR. At-Tirmidzi no. 1997 dan dishahihkan Asy-syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no.178)

Katanya, cinta memang tidak ada logika. Hal ini sering kali dikaitkan dengan perilaku seseorang yang sedang jatuh cinta. Mereka menjadi buta melihat fakta, membenarkan yang salah, dan memaklumi yang tidak seharusnya dimaklumi. Intinya, kadar cinta yang berlebihan dapat menjadi racun bagi diri sendiri. Lagipula Allah kan maha cemburu jika diduakan dengan yang lain. Supaya cintanya diresrui Allah, jadi yang wajar-wajar saja.

Mencintai seperti Adam dan Hawa

Banyak cara untuk menunjukkan rasa cinta, bisa melalui ungkapan kata atau perilaku. Mengungkapkan rasa sayang lewat kata-kata umumnya sudah biasa, namun tidak semua orang dapat melakukannya. Beberapa orang yang tidak pandai berkata-kata cenderung mengekspresikan rasa sayang mereka dengan perbuatannya. Mencintai seyogianya dengan sederhana artinya mencintai dengan setulus hati, seperti kisah cinta Adam dan Hawa.

Kisah cinta Adam dan Hawa dimulai di surga, sampai diturunkan ke bumi. Disinilah cinta mereka diuji, Adam  dan Hawa diturunkan dikedua tempat yang berbeda. Butuh waktu yang sangat lama agar keduanya kembali bertemu, namun baik Adam maupun Hawa tidak menyerah. Dengan penuh kesabaran mereka saling mencari, sampai pada akhirnya penantian lama mereka berakhir dan kembali ke surga. Belajar dari kisah cinta Adam dan Hawa, mereka sempat terpisahkan jarak yang sangat jauh bertahun-tahun lamanya. Tetapi, berkat ketulusan cinta mereka, akhirnya Adam dan Hawa kembali bertemu di Jabal Rahmah. Cinta yang suci seperti kisah cinta Adam dan Hawa, banyak hal yang telah mereka lalui sampai pada akhirnya cinta mereka kembali dipertemukan oleh Allah.

Mencintai tidak melulu tentang kebahagiaan, mencintai tentang banyak hal termasuk didalamnya ada pengorbanan, kesetiaan, dan kepercayaan. Cinta memang tidak seindah namanya, namun kita bisa menikmati setiap momen yang memuat cinta didalamnya. Begitupun mencintai seseorang, memang sih tidak ada peraturan yang  melarang kita menyukai siapapun dengan sesuka hati. Namun bukan berarti kita menyukai siapapun dengan membabi buta. Etika dalam menyukai seseorang, sepatutnya perlu mempertimbangkan dari banyak sisi, sebab orang  yang kita sukai belum tentu cinta sejati kita. Jadi, boleh saja menyukai seseorang namun sewajarnya saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun