Mohon tunggu...
Sary Hadimuda
Sary Hadimuda Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang hamba Allah yang sedang memantaskan diri menjadi pendidik

Sedang belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Seharusnya PT PELNI Lebih Tegas

10 Agustus 2013   20:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:27 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahalnya tiket pesawat pada saat musim mudik membuat kapal laut menjadi pilihan terakhir untuk saya. Harga tiket pesawat Sorong-Makassar biasanya sekitar 850-900rb, namun musim mudik tahun ini harga tiket naik hampir dua kali lipat. Tiket pesawat paling murah ketika saya tanya di travel langganan sekitar 1.400.000, bahkan ada yang sampai 2jt’an. Alangkah bagusnya jika uang jatah pesawat disisihkan saja buat wisata kuliner. Coto Makassar!! Hehehe.

Setelah beberapa kali mengecek jadwal kapal di website resmi PT.PELNI, maka KM GUNUNG DEMPO menjadi pilihan saya. Selain karena jadwalkeberangkatan (1 Agustus ) tidak terlalu dekat dengan hari H, kapal KM GUNUNG DEMPO juga hanya satu kali transit di Ambon. Untuk harga tiket kapal laut Sorong-Makassar 510rb.

[caption id="attachment_271481" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pribadi"][/caption]

Sekitar pukul 4 WIT sore saya tiba di pelabuhan Sorong. Masih terlihat lenggang ketika saya mengambil gambar di pelabuhan. Suasana baruberubah ketika KM GUNUNG DEMPO benar-benar sandar didermaga dan berjuta titik air jatuh dari langit. Penumpang berdesak-desakan naik ke atas kapal. Setiap pintu kapal dijaga ketat oleh Tentara bersenjata lengkap.

Saya termasuk dari sekian ratus orang yang tidak beruntung karena tidak mendapatkantempat tidur yang “nyaman” (kasur). Meski buruh yang mengangkat koper saya telah naik turun tangga untuk mencari tempat tidur, tetap saja nihil. Saya pun akhirnya tidur di anak tangga L dengan beralas tikar yang saya beli di ABK seharga sepuluh ribu. Posisi saya pun sangat tidak nyaman.Kaki di anak tangga paling bawah dan kepala di anak tangga bagian tengah (posisi duduk lebih tepatnya). Saya baru dapat bernapas lega ketika kapal dari Ambon menuju Makassar. Saya dapat tidur meluruskan badan di lantai (Bukan di tempat tidur) menggantikan penumpang yang turun di Ambon.

[caption id="attachment_271482" align="aligncenter" width="300" caption="dok.pribadi"]

1376139085665111481
1376139085665111481
[/caption]

[caption id="attachment_271484" align="aligncenter" width="300" caption="Banyak penumpang yang harus tidur di tangga dan jalan. (dok.pribadi)"]

13761392081864819755
13761392081864819755
[/caption]

--------

“Maaf pakde rokoknya” Kata saya pada seorang kakek tujuan Surabaya. Biasanya saya diam saja jika melihat kakek merokok didekat saya. Namun kali ini saya tidak dapat menahan sesak napas saya karena rokok di tambah banyak penumpang. Kakek pun terlihat menyingkarkan rokoknya. Berusaha agar asapnya tidak terkena saya. Tepok jidat! Bukan dimatikan.

Kakek juga hanya satu dari pulahan perokok yang terlihat merokok di dalam kabin. Meski petugas berkali-kali memperingatkan agar tidak merokok. Namun tetap saja para perokok masih asik memainkan rokok di mulut mereka.

“Diberitahukan kepada seluruh penumpang khususnya yang merokok, agar tidak merokok di dalam kabin. Apabila anda ingin merokok, maka kami persilahkan anda merokok di udara bebas. Yakni di dek 6 dan dek 7. Apabila anda kedapatan oleh petugas sedang merokok, maka rokok anda akan kami sita. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.” Itulah pengumuman yang sering kali petugas ucapkan.

Ha? Cuma disita? Apalah arti satu bungkus rokok yang disita? Bukankah bisa dibeli lagi?

Bagaimana jika yang melanggar itu didenda Seratus ribu atau dua ratus ribu? Tanpa pandang bulu. Saya yakin pasti perokok akan berpikir dua kali untuk merokok lagi didalam kabin. Uang dari hasil denda tersebut bisa digunakan untuk memperbaiki bagian-bagian kapal yang rusak. Seperti di kamar mandi. Keran air, AC, dan pintu kamar mandi banyak yang tidak berfungsi dengan baik.

Selain masalah rokok, tampaknya PT PELNI juga TIDAK TEGAS terhadap penumpang yang tidak memiliki tiket. Entah bagaimana caranya penumpang gelap bisa menaiki kapal tanpa memiliki tiket. Sementara pada saat naik, setiap penumpang diminta menunjukkan tiket.

Adalah seorang perempuan berumur sekitar 23 tahun yang saya temui di kamar mandi. Ia bercerita dengan bangganya kalau ia tidak memiliki tiket dan hanya memberikan uang sebesar dua ratus ribu kepada petugas.

“Nda ada tiket tapi dapat tempat tidur (kasur).” Katanya pada saya semangat.

Jujur, dalam hati saya kesal pada saaat itu. Mengapa saya yang beli tiket seharga 510rb untuk sampai di Makassar dengan tidur di tangga dan lantai. Sementara dia, cukup “menutup mulut” petugas dengan 200rb sudah sampai di Makassar dapat tempat tidur pula. Tidak adil. Seharusnya PT PELNI lebih tegas terhadap penumpang seperti ini. Ini malah bebas bercerita dengan bangganya. Entah bagaimana pada saat pemeriksaan tiket (2x: Sorong-Ambon dan Ambon-Makassar). Sementara pada saat pemeriksaan, ada Tentara bersenjata lengkap mengikuti petugas pemeriksaan. #aneh.

[caption id="attachment_271486" align="aligncenter" width="300" caption="Pelabuhan Makassar (dok.pribadi)"]

13761395721453839101
13761395721453839101
[/caption]

4 Agustus Pukul 1.30 WITA dini hari kapal sandar di pelabuhan Makassar. Alhamdulillah.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H. Minal 'aidin walfaidzin. Mohon maaf lahir dan batin. :)

----

21.04WITA

Makassar, 10 Agustus 2013.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun