Mohon tunggu...
Sary Hadimuda
Sary Hadimuda Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang hamba Allah yang sedang memantaskan diri menjadi pendidik

Sedang belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kotak Magenta

18 April 2015   20:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ini pertemuan pertama kami. Gegara pertemuan ini, semalam aku kena insomnia mendadak. Pukul tiga dini hari aku bahkan terbangun hanya sekedar membaca ulang pesan singkatnya.
"Baik. Jam 5. Waktu ideal menurutku. Jangan dandan cantik-cantik. Kamu sudah cantik semenjak bangun tidur."
Senyumku semakin lebar di kalimat terakhir. Sepertinya dia sedang menggodaku. Sembari memeluk guling, kutatap langit-langit kamarku yang berwarna hijau muda. Tetiba wajahnya muncul di sana. Senyumku bertambah mekar.
Adalah Rafli. Laki-laki yg baru saja kukenal melalui twitter tiga atau empat bulan yang lalu. Ia sering mengirim twitpic lucu. Hubungan kami pun berlanjut ke bbm. Setiap pagi ia tak pernah lupa menyapaku. "Selamat pagi, semangat mencari rejeki, semoga apa-apa yang ada di kepalamu terkabul hari ini." Pesannya via bbm tiap pagi. Kalimat sederhana. Namun sangat ampuh menghilangkan rasa kantuk.

Aku memarkir Beat putih di depan cafe "Gorgeous" yang huruf "O" nya diganti gambar biji kopi. Kulihat jam Swiss Army silver di pergelangan tangan kiri, tepat pukul 05.15. Aku terlambat. Buru-buru kulihat wajahku di kaca spion lalu memperbaiki jilbab biru kesukaanku yang sedikit berantakan diterpa angin. Aku tak ingin dandananku merusak pertemuan pertama ini.

Masuk di cafe mataku langsung tertuju pada laki-laki berbaju biru yang duduk di sudut ruangan. Rafli menoleh kearahku. Ia melempar senyum dan aku membalasnya dengan senyum terbaik yang pernah kumiliki. Rafli berdiri menyambutku sambil menarik kursi yang akan aku duduk. Lagi, aku terkesima. Ia seperti laki-laki romantis yang ada dalam drama Korea. Jantungku berdenyut sedikit lebih cepat dari biasanya.
"Maaf ya telat. Udah lama nunggu?" Sapaku basa-basi
"Tidak. Aku juga baru datang."
Rafli memanggil waitress yang kebetulan lewat. Waitress dengan ramah memberi daftar menu padaku. Rafli meminta dipesankan minuman sekalian.
"Espresso con panna satu, Americano satu. Makasih yaa"
Pintaku pada waitress.
Setelah waitress berkawat gigi itu berlalu, suasana jadi awkward. Bau farfum Terre D'Hermes sedari tadi menusuk hidung. Tapi aku menikmatinya. Rafli menatapku. Aku jadi salah tingkah. Lalu dengan mengumpulkan keberanian aku balas menatapnya dan berkata
"Hhmm... aku suka cowok wangi."
Rafli malah tertawa sambil melihat ke arah luar.

Suasana menjadi cair. Pembicaraan kami mulai dari novel dan film Filosofi Kopi, Fast and Furious 7, ditambah soundtracknya yang berjudul "See You Again", drama terbaru Kang So Ra yang settingnya di Pulau Jeju, sampai hal yang sebenarnya tak perlu dibahas seperti "Hari ini panas,ya?" menjadi topik pembicaraan. Kami sering tertawa lepas membuat pengunjung lain melihat geram ke arah kami. Disela-sela obrolan kami yang tak lagi canggung aku mengambil cangkir milik Rafli lalu menyeruputnya. Nikmat. Aku tak peduli. Walaupun ini pertemuan pertama kami. Tapi aku ingin dia tahu kebiasaan burukku.
Rafli masih saja berceloteh seperti anak kecil sedang mendeskripsikan mainannya.  Aku melihatnya sambil mengambil cangkir milikku yang kopinya tinggal beberapa centi. Sebelum ujung cangkir bertemu bibirku, aku berkata
"Rafli, ini mungkin pertemuan pertama dan terakhir kita. Kalau cuma untuk sekedar teman atau menjadi sepasang kekasih kayak anak Abege aku rasa hubungan kita cuma seperti ini, kongkow seperti ini." Mataku berputar seolah ingin menunjuk seluruh ruangan yang tak banyak pengunjung.
"Maksud kamu apa, vita? Kita tidak boleh bertemu lagi? Padahal aku...."
"Maaf fi, aku sedang mencari pendamping hidup. Aku tak ingin menghabiskan waktu dengan laki-laki bejat seperti yang sudah-sudah." Aku memotong kalimatnya.
Rafli terdiam. Ia menunduk lama sekali. Aku meletakkan cangkir lalu memukulkan punggungku ke sandaran kursi.
Aku tau Rafli mungkin sedang berpikir yang tidak-tidak tentangku.  Namun aku tetap saja tak perduli. Ini yang telah kupikirkan semalam hingga terkena insomnia.
Rafli masih saja tertunduk dengan kedua tangannya di atas meja. Aku memandang keluar kafe. Dari dinding kaca aku melihat bunga Sansaveria yang tersusun rapi di sana.
"Vita, aku sekarang ini jadi bleng, tak tau mau bilang apa, aku mungkin juga laki-laki bejat. Tapi bukan bejat sejagat kan?"
Aku tersenyum sinis .Suasana kembali hening.
"Maaf, mungkin ini terlalu cepat. Tapi aku rasa aku siap jadi laki-laki yang akan mendengarkan semua ceritamu."
Lagi-lagi aku menoleh ke arah luar. Ingin rasanya aku cerna setiap kata yang keluar dari mulutnya melalui bunga sansaviera.
"Vita..."
Rafli mengeluarkan kotak kecil berwarna magenta dari dalam tas hitamnya. Ia menyodorkan benda itu lalu memintaku untuk membukanya. Cincin! Bola mataku hampir saja loncat melihat lingkaran emas yang menyilaukan mata. Keningku berkerut hingga membentuk garis-garis horizontal. Aku menatap mata rafli dalam-dalam. Di kedua pupilnya, kulihat ada cinta yang selama ini kucari di sana.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Kota Sorong, Sabtu 18 April 2015. 10.46.pm

Salam...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun