Mohon tunggu...
Ziddan Alghifari
Ziddan Alghifari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta '20

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Idul Fitri, Momentum Kemenangan dan Kembali ke Fitri

12 Mei 2021   12:32 Diperbarui: 12 Mei 2021   12:37 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
idulfitri (sumber: freepik)

Halo sobat, Kompasiana! Esok hari lebaran telah tiba. Setelah penantian panjang menahan lapar, dahaga, serta hawa nafsu selama 30 hari, akhirnya telah tiba pada penghujungnya.

Hari raya Idulfitri kembali menyapa, saatnya kita "kembali ke fitri" dan meraih kemenangan. Kembali ke fitri, artinya setelah menjalani rangkaian ibadah di bulan Ramadan, saat memasuki bulan Syawal, diibaratkan kita telah bersih dari segala noda dan dosa layaknya seorang bayi yang baru dilahirkan. Seoang muslim seperti dilahirkan kembali ini ke dunia setelah melewati Ramadan dengan puasa dan segala ragam ibadahnya harus mampu kembali ber-Islam, tanpa benci, iri, dengki, serta bersih dari segala dosa dan kemaksiatan.

Idul fitri berarti kembali pada naluri kemanusiaan yang murni, kembali pada keberagaman yang lurus -- ditandai dengan saling bermaaf-maafan -- kembali dari seluruh praktik yang menyimpangan dengan nilai-nilai keislaman, dan terhindar dari ego kepentingan duniawi yang tidak islami. Inilah makna "kembali ke fitri" sebenarnya.

Meraih kemenangan sendiri, memiliki makna yang lebih dalam. Setelah menjalani rangkaian ibadah puasa selama 30 hari, salat tarawih berjamaah, mengaji, peperangan melawan hawa nafsu, dan rangkaian ibadah lainnya, kita, telah tiba pada hari kemenangan, hari raya Idulfitri. Jika hari raya Idulfitri dianggap sebagai hari kemenangan, sesungguhnya Idulfitri bukanlah sebuah akhir, tetapi menjadi sebuah awal dari sebuah proses untuk kelanjutan dalam proses rangkaian ibadah yang telah sukses dijalani selama bulan Ramadan.

Kemenangan sejati atas datangnya hari raya Idulfitri bisa juga diartikan telah diampuni seluruh dosanya oleh Allah Swt. Bulan Ramadan yang dianggap sebagai bulan ampunan dan setelah dilaluinya bulan Ramadan, maka orang-orang yang menang adalah orang yang dosanya diampuni oleh Allah Swt. 

Peperangan melawan hawa nafsu dan godaan setan -- yang telah dijalani selama bulan Ramadan -- tidak berhenti setelah datangnya hari raya Idulfitri, tetapi terus berlanjut selama hayat dikandung badan karena nafsu dan setan selalu menyertai manusia selama hidupnya.

Kemenangan dapat juga diartikan dapat merahihnya nilai-nilai spiritual yang terpisahkan dengan fitrah manusia dalam arti kesucian, keindahan, kebenaran, dan kebaikan.

Hari kemenangan ditandai dengan berhasilnya secara terus-menerus melawan hawa nafsu dan godaan setan dan dapat mengantarkan pada kepatuhan melaksanakan perintah agama, akal, dan budaya. Inilah definisi kemenangan dan orang-orang yang menang.

Hari raya Idulfitri harus ditandani sebagai momentum untuk berubah menjadi lebih baik. Bulan Syawal menjadi tonggak awal berubah dalam konteks ber-Islam menjadi muslim yang lebih taat, melawan hawa nafsu serta godaan setan, dan "kembali ke fitri" ditanamkan secara utuh pada dalam diri.

Orang-orang yang meraih kemenangan, menganggap bulan Ramadan merupakan sebuah proses pelatihan peningkatan dalam beribadah. Babak sesungguhnya dimulai sejak hari raya Idulfitri, 1 Syawal. Apakah setelah memasuki bulan Syawal, ibadah kita -- minimal -- sama dengan saat di bulan Ramadan, atau meningkat, atau justru malah mengendor dan sering dengan atau tanpa sengaja meninggalkan kewajiban -- salat lima waktu.

Orang-orang yang meraih kemenangan dalam kehidupan bersosial pun harus turut mengalami perubahan. Menjadi sosok yang bisa lebih mengontrol emosi, menjadi senang membantu sesama saudara muslim, menjadi ringan tangan, senang bersedekah, senantiasa sering bersyukur, senantiasa sabar dalam menghadapi cobaan, dapat membadakan hal yang baik dan hal yang buruk, paham akan hak dan kewajiban, dan hal-hal baik lainnya.

Orang-orang yang meraih kemenangan dapat ditandani makin bertakwanya seseorang dalam beribdah pada Allah Swt. Makin hari makin berporses menjadi lebih baik dalam kadar ketakwaan pada Allah Swt. Tiada hari tanpa beribadah dan tiada hari tanpa berubat baik pad orang lain. Inilah ciri orang-orang yang menang.

Ramadan haruslah menjadi sebuah momentum ajang "penggemblengan" diri untuk menjadi lebih baik. Kita semua -- muslim -- dipaksa untuk menahan lapar, dahaga, serta hawa nafsu selama 30 hari dari terbit fajar hingga azan magrib. Momentum tersebut haruslah dimaknai sebagai proses untuk menjadi lebih baik dan hari raya Idulfitri adalah momen kemenangan untuk mengimplikasikan proses selama bulan Ramadan yang telah berhasil dilalui.

Bulan Syawal menjadi waktu awal untuk menunjukkan bahwa bulan Ramadan yang telah dilalui tidaklah sia-sia. Segala rangkaian ibadah yang telah dilalui selama bulan Ramadan telah mengalir dalam diri dan siap untuk terus dilaksanakan di sebelas bulan berikutnya sembari menunggu datangnya bulan Ramadan lagi.

Sejatinya, semua bulan dalam sehari-hari adalah baik. Tidak perlu menunggu momentum Ramadan untuk berproses menjadi lebih baik, yang penting adalah istiqomah dan dengan penuh mengharap keridaaan Allah Swt.

Secara sederhana dan kesimpulannya, meraih kemenangan pada hari raya Idulfitri dengan didapatkannya ampunan dosa dari Allah Swt. setelah menjalani 30 hari rangkaian ibadah di bulan Ramadan, meningkatnya ibadah setelah bulan Ramadan, menjadi seseorang yang lebih bijak dan arif dalam menyikapi berbagai persoalan dalam hidup, menjadi sosok yang lebih penyabar, dan senantiasa bersyukur di segala keadaan. Dengan penjabaran yang lebih mudah ini, semoga kita semua termasuk golongan orang yang meraih kemenangan di hari raya Idulfitri kali ini dan dapat bertemu di bulan Ramadan tahun depan. Aamiin ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun