Mohon tunggu...
Alfredsius Ngese Doja Huller
Alfredsius Ngese Doja Huller Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis adalah salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dari Seminari San Giovanni xxiii Malang

Berbagi sembari belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bawalah Kenanganmu dalam Sebungkus Kopi Bila Kau Rindu Tinggal Seduh

13 Juni 2022   11:29 Diperbarui: 13 Juni 2022   12:08 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Pusat Oleh-oleh kopi di Kaliurang-Bawalah kenangan bersamamu dalam sebungkus kopi bila kau rindu tinggal seduh. Sumber; dokpri

Bawalah kenangan bersamamu dalam sebungkus kopi bila kau rindu tinggal sendu-proud of Indonesian Coffe Bean

Tulisan ini tepat berada di depan pusat oleh-oleh kopi yang ada di Jogja. Saya terkesima dengan tulisan yang kreatif dan inspiratif tersebut. Pusat oleh-oleh kopi ini dikelola oleh Romo Deny Sulistiawan Pr sebagai "Benteng" dari perkembangan pendidikan Keuskupan Agung Semarang.

menginspirasi kaum muda agar mau terlibat aktif dalam unit pastoral pengembangan pendidikan keuskupan Agung Semarang. Strategi yang dilakukan salah satunya adalah dengan membuka penjualan kopi yang tepat berada di jalan kaliurang Km.23, Pakem, Sleman.

Ketika beliau memperkenalkan kepada kami aneka kopi pilihan yang dihadirkan saya cukup terkesan dan bangga mendengarnya. Ya, bangga karena kopi pilihan yang dihadirkan merupakan kopi lokal yang diproduksi dan dikemas sehingga memiliki cita rasa yang unik dan khas Indonesia.

Dalam tulisan sederhana ini penulis mau mengatakan bahwa negara kita Indonesia memiliki aneka produk lokal yang tidak kala dengan hasil produk dari luar. Setiap orang Indonesia mestinya cinta terhadap produk dalam negeri. Seperti yang selalu digaungkan oleh Sukarno dan penerusnya.

Sebab dengan mengembangkan gelora cinta produk Indonesia setidaknya kita mampu menjadi bangsa yang kuat. Bangsa yang mampu hidup mandiri, berdiri di kaki sendiri atau yang akrab kita kenal dengan berdikari.

Mengapa demikian? Iya lagi-lagi seperti yang dikatakan oleh  Sukarno yang menyerukan bahwa setiap negara akan mentereng karena telah memperoleh pelbagai bantuan uang yang diperolehnya dari negara lain.  Tetapi negara yang mentereng tersebut tidak akan bertahan lama suatu saat akan jatuh, akan hancur lebur ketika pada satu titik tidak ada lagi bantuan yang diterima.

Oleh karena itu Sukarno yang sudah menyadari hal tersebut selalu mengingatkan rakyatnya ke mana pun ia berkunjung di daerah-daerah Indonesia agar mau dan senantiasa berusaha mandiri, bergantung pada diri sendiri sehingga minimal dapat menolong diri sendiri.

Salah satu caranya yaitu dengan cinta produk dalam negeri. Dalam kunjungan kami ke pusat oleh-oleh kopi persisi di depan toko tersebut ada ungkapan cinta terhadap kopi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun