Dulu, kau begitu dipuja dan puji
Dulu, kau memang dikenal punya taring dan gigi
Bahkan, menjadi pemimpin wakil rakyat kau jalani
Lagi, dirimu membantu negara ini menuju reformasi.Â
Kini, hadirmu bagaikan duri dan racun kewarasan
Membabi buta teriak sana sini melebihi ributnya petasan
Sadarkah dirimu bahwa sabar punya batasan?
Lucunya, seakan dirimu telah hilang akal dan perasaan.Â
Pernah didalam, harusnya dirimu jadi panutan
Sebagai orang yang sudah purna, harusnya dirimu adalah rujukan
Tapi, bagaimana mungkin kami belajar untuk perpecahan?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!