Mohon tunggu...
Alfredo Pance Saragih
Alfredo Pance Saragih Mohon Tunggu... Pembelajar -

"Seseorang yang memilih untuk diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan" Kunjungi blog pribadi saya: https://alfredopance.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Kecil atas Launching dan Bedah Buku "Pengabaian dalam Dunia Pendidikan"

9 Maret 2018   01:03 Diperbarui: 9 Maret 2018   02:49 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya (pegang microphone) bersama panelis/pembanding bedah buku

Selain itu, dalam proses pembelajaran, guru diposisikan sebagai sebuah "Lumbung" ilmu dan siswa sebagai ruang kosong yang akan diisi. Dalam istilah lain, Banking Concept of Education(BCE). Pada akhirnya, pendidikan yang demikian telah menjadi alat penindas bagi penguasa/pimpinan. Sungguh tidak manusiawi!

Pada tahun 1960-an, seorang tokoh pendidikan dari kota Sao Paulo (Brazil) bernama Paulo Freire menulis sebuah buku yang berjudul Pedagogy of the Oppressedatau yang kita kenal dengan Pendidikan Kaum Tertindas. Melalui bukunya, ia mengecam banking concept of education.Menurut Freire, ada 3 asumsi yang tidak tepat -- yang melatarbelakangi BCE. 

Pertama, pemahaman keliru tentang manusia sebagai objek dan bukan sebagai subjek yang bertindak. Kedua, adanya dikotomi antara manusia dan dunia; seorang manusia semata-mata ada di dunia dan bukan bersama dengan dunia atau manusia lainnya; Ketiga, manusia adalah makhluk hidup yang dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya.

Sebagai akibatnya, BCE tidak mendorong siswa untuk secara kritis mempertimbangkan realitas. Murid hanya penerima yang pasif dari realitas yang diberikan, tanpa pernah bisa mempertanyakan kebenaran atau kebergunaan realitas yang diajarkan kepada dirinya. Contohnya, dapat kita lihat kecenderungan guru memaksa siswanya untuk menghafalkan semua ilmu pengetahuan yang telah didepositokan ke dalam dirinya.

Nah, lantas apa yang menjadi solusi atas realitas BCE? Freire memperkenalkan kepada kita tentang Problem Posing Method (PPM),yakni pendidikan yang tidak menindas dan bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan realitas.  Hubungan yang ideal antara guru dan murid bukanlah hierarkikal sebagaimana dalam BCE, tetapi merupakan hubungan dialogikal. Sehingga, dalam proses pembelajaran guru dan siswa adalah sama-sama subjek pelaku pembelajaran.

Lantas, apa hubungan teori pendidikan Paulo Freire dengan buku 'Pengabaian dalam dunia Pendidikan'?. Tentunya hal ini merupakan hal pokok bagi kita. Seperti yang kita ketahui, bahwa buku kecil ini berbasis pengalaman dimana hak seorang individu dalam merasakan dunia pendidikan telah diabaikan. Prakteknya, keputusan pemecatan sepihak itu terjadi tanpa ada dialog dan pem-posisian sang penulis sebagai seorang individu yang memiliki tidak memiliki hak pendidikan. 

Pada intinya, dalam studi kasus yang tertulis dibuku ini, pihak kampus (dalam hal ini STT HKBP Pematangsiantar) telah memposisikan penulis (Rikardo) sebagai sebuah objek, sehingga keputusan yang menyangkut nasibnya diputuskan secara sepihak oleh pihak kampus serta tidak membuka ruang dialog untuk penyelesaian masalah. Ini termasuk realitas penindasan, istilah Freire.

Pada akhirnya, buku ini bukanlah bertugas sebagai hakim atas keputusan yang telah dilakukan oleh pimpinan STT HKBP Pematangsiantar atas pemecatan sepihak terhadap si penulis buku. Tetapi ini menjadi cermin bersama, bahwa selama ini seringkali keputusan pendidikan diambil tanpa melalui dasar dan bukti fakta yang konkret. Like or Dislikemasih menjadi asumsi utama dalam pengambilan keputusan.

(dokpri) Persiapan dalam membuat resume bedah buku (Dok. Pribadi)
(dokpri) Persiapan dalam membuat resume bedah buku (Dok. Pribadi)
PENUTUP

Di akhir buku ini ada sebuah puisi berjudul "Kuputuskan Untuk Melawan". Atas realitas ketertindasan dan ketidakadilan yang telah dirasakan penulis, ia memiliki kepercayaan yang tinggi pada pikiran.  "Kamu dapat merantaiku, kamu dapat menyiksaku, bahkan kamu dapat menghancurkan tubuh ini, tetapi kamu tidak dapat memenjarakan pikiranku.

"Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan." (Pramoedya Ananta Toer)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun