Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Musim Bediding: Saat Udara Dingin Menyulam Kreativitas di Tengah Kemarau

22 Juni 2025   21:18 Diperbarui: 22 Juni 2025   21:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Musim Bediding: Saat Udara Dingin Menyulam Kreativitas di Tengah Kemarau

Pagi menyapa dengan embusan sejuk yang menusuk kulit, seperti bisikan alam yang membangunkan jiwa dari rutinitas monoton. Langit biru cerah di siang hari, malam berbintang yang seolah menari di atas kepala - ini adalah bediding, fenomena alam saat udara tiba-tiba berubah dingin di awal musim kemarau. Bukan sekadar hawa sejuk, tapi undangan untuk bergerak, berpikir, dan mencipta.

Bagi penulis dan editor, dingin bukanlah alasan untuk bersembunyi di balik selimut. Justru, ia adalah mitra setia yang membangkitkan semangat berkarya. Seperti air irigasi subak di Bali yang mengalir harmonis dengan alam, ide-ide pun mengalir deras saat udara tenang menyelimuti. Pikiran menjadi fokus, layaknya sawah siap ditaburi benih kreativitas.

Bediding: Antara Rindu Hangat dan Gairah Berkarya

Kata bediding berasal dari bahasa Jawa yang menggambarkan perubahan suhu ekstrem di awal kemarau. Udara dingin yang menusuk membuat tubuh menggigil, tapi justru di sinilah keajaiban terjadi: kita dipaksa bangkit, mencari aktivitas yang menghangatkan jiwa sekaligus melahirkan karya.

Bayangkan: pagi yang sejuk, secangkir wedang jahe di tangan, dan laptop yang menanti ketikan cerita. Dingin tak lagi menjadi penghalang, melainkan guru yang mengajarkan kesadaran akan hidup yang dinamis. Seperti masyarakat Bajawa di NTT yang aktif di ladang menghangatkan tubuh, kita pun bisa memanfaatkan energi dingin ini untuk berkreasi.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Aktivitas Produktif di Tengah Dingin: Menulis dengan Rasa Hangat

  • Menulis di Alam Terbuka
    Biarkan udara pagi menyentuh wajah sementara jemari menari di atas keyboard. Pilih teras rumah atau taman dengan sinar matahari hangat. Rasakan alam menjadi latar belakang cerita yang lahir dari hati.
  • Merancang Proyek Kreatif
    Manfaatkan malam berbintang untuk merancang proyek tulisan baru. Buat outline artikel, eksplorasi genre fiksi, atau susun konsep esai reflektif tentang hubungan manusia dan alam. Dinginnya malam akan membakar semangat mengeksplorasi hal-hal tak terduga.
  • Kolaborasi Virtual
    Gunakan cuaca stabil untuk diskusi virtual bersama rekan penulis atau editor. Udara sejuk membuat percakapan lebih lancar, ide lebih segar, dan hasil kolaborasi lebih menginspirasi.

Ritual Kecil yang Menghangatkan Staminamu

Untuk tetap produktif, rawat tubuhmu dengan ritual sederhana:

  • Minuman Hangat: Wedang uwuh khas Dieng atau teh manis hangat menjaga suhu tubuh sekaligus memberi ketenangan.
  • Camilan Bergizi: Kacang rebus atau pisang goreng hangat bukan sekadar camilan, melainkan energi instan untuk mengetik tanpa henti.
  • Gerak Ringan: Lakukan pemanasan sebelum menulis. Seperti petani yang membajak ladang, gerakan fisik menghangatkan tubuh sekaligus memicu aliran darah ke otak.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Dari Budaya Lokal: Pelajaran Hidup Produktif

Di Desa Dieng, warga memanfaatkan udara dingin untuk menanam sayuran seperti kentang dan bawang putih. Mereka percaya bahwa aktivitas fisik di alam terbuka adalah cara alami menjaga kesehatan. Sementara masyarakat Bajawa di Flores melihat bediding sebagai momentum memperkuat tradisi bertani sekaligus menjaga lingkungan.

Sebagai penulis, kita bisa meniru semangat mereka. Dingin bukan musuh, melainkan mitra yang mendorong kita terus berkarya. Seperti kata pepatah Jawa, "Bediding iku guru, ngajari kita ngrasakake sepi supaya bisa menemukan suara hati."

Ayo, Jadikan Dingin Sebagai Api Kreativitas!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun