Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Rumah Impian atau Beban Bertahun-Tahun?

19 Juni 2025   09:48 Diperbarui: 19 Juni 2025   09:54 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: Kompas)

Rumah Impian atau Beban Bertahun-Tahun? 

Mengapa Banyak Anak Muda Ragu Ambil KPR dan Apa Ekspektasi Mereka pada Rumah Subsidi? Bisa jadi merupakan pertanyaan yang membebani anak-anak muda ketika hendak mengambil KPR atau rumah bersubsidi yang ditawarkan pemerintah.

Mari kita lanjut dengan pertanyaan sederhana tapi sering kali membuat banyak anak muda menghela napas: "Kalau punya penghasilan Rp4-7 juta per bulan, berani ambil KPR?" Di tengah harga properti yang terus meroket dan pengeluaran hidup yang makin menekan, kepemilikan rumah justru terasa seperti mimpi yang makin menjauh.

Anak Muda dan Keraguan KPR: Antara Logika dan Mimpi

Banyak milenial dan Gen Z yang kini berada di rentang usia 25--35 tahun memilih untuk tidak buru-buru mengambil KPR. Alasannya? Bukan sekadar takut terikat cicilan puluhan tahun, tetapi juga karena mereka merasa belum bisa hidup layak sambil mencicil rumah dan tetap menabung.

"Saya takut hidup cuma untuk bayar cicilan," kata Rafi, 28 tahun, seorang karyawan swasta di Yogyakarta. "Gaji UMR, kebutuhan makin naik, belum lagi biaya tak terduga."

Selain itu, ada juga yang merasa KPR justru mengikat mobilitas. Anak muda sekarang lebih fleksibel dan terbuka dengan kemungkinan berpindah kota untuk pekerjaan atau peluang baru. Mengikat diri pada rumah tetap terasa seperti menambatkan kapal di pelabuhan yang belum tentu menjadi tujuan akhir.

Namun, bukan berarti semua anak muda menolak KPR. Beberapa justru merasa ini adalah satu-satunya cara untuk bisa punya rumah sebelum usia 40. Mereka yang mantap ambil KPR biasanya mempertimbangkan:

  • Lokasi strategis dan akses mudah
  • Besaran cicilan yang masih bisa ditoleransi
  • Dukungan dari pasangan atau keluarga
  • Harapan agar harga rumah naik sebagai bentuk investasi

Rumah Subsidi: Harapan Besar di Balik Harga Terjangkau

Di tengah keterbatasan finansial, rumah subsidi muncul sebagai harapan. Tapi, ekspektasi terhadap rumah subsidi juga tidak kecil. Murah saja tidak cukup. Masyarakat, terutama anak muda, juga berharap rumah subsidi:

  • Layak huni dan tidak cepat rusak
  • Ukurannya cukup untuk membesarkan keluarga kecil
  • Memiliki akses ke transportasi umum, sekolah, dan tempat kerja
  • Aman dan berada di lingkungan yang sehat

Sayangnya, realita tidak selalu seindah brosur. Banyak yang mengeluhkan kualitas bangunan yang buruk, lokasi terlalu jauh dari pusat kota, hingga infrastruktur lingkungan yang belum siap.

"Waktu saya survei rumah subsidi, dindingnya sudah retak padahal baru 1 tahun dibangun. Lokasinya juga jauh dari mana-mana," kata Winda, 31 tahun, guru honorer yang batal mengambil rumah subsidi.

Antara Berteduh dan Bertahan Hidup: Hidup dengan Cicilan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun