Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Paylater: Kemudahan yang Menggoda, Risiko yang Mengintai

12 Mei 2025   06:12 Diperbarui: 12 Mei 2025   06:12 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: gramedia.com)

Paylater: Kemudahan yang Menggoda, Risiko yang Mengintai

 

Bayangkan ini: kamu sedang scrolling di e-commerce favoritmu, lalu melihat ponsel impian yang sudah lama diidamkan. Harganya di luar jangkauan gajimu saat ini, tapi ada tombol ajaib bertuliskan "Paylater" yang berjanji, "Beli sekarang, bayar nanti." Dengan sekali klik, ponsel itu jadi milikmu, dan cicilan kecil seolah tak akan mengganggu hidupmu. Kedengarannya seperti mimpi, bukan?

Namun, di balik kemudahan itu, ada cerita lain yang sering terlewat - cerita tentang utang yang menumpuk, skor kredit yang hancur, dan stres yang tak terucap. Paylater, layanan "beli sekarang, bayar nanti," memang sedang naik daun di Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Tapi, apakah kita benar-benar siap menghadapi risikonya?

Tulisan ini akan mengajakmu menyelami dunia paylater: apa itu, mengapa begitu populer di kalangan milenial dan Gen Z, serta bahaya apa saja yang mengintai di baliknya. Lebih dari itu, kita akan membahas cara bijak menggunakannya agar tetap bisa menikmati manfaatnya tanpa terjebak dalam jerat finansial. Mari kita mulai perjalanan ini dengan mata terbuka lebar.

Paylater: Solusi Instan di Ujung Jari

Paylater adalah layanan finansial yang memungkinkanmu membeli barang atau jasa sekarang dan membayarnya dalam cicilan di masa depan. Di Indonesia, platform seperti Shopee PayLater, Kredivo, dan Akulaku telah menjadi bagian dari gaya hidup modern, terutama bagi generasi muda.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Maret 2024, total utang dari layanan "buy now, pay later" (BNPL) mencapai Rp6,13 triliun, naik 23,9% dari tahun sebelumnya. Yang menarik, 52% penggunanya adalah milenial dan 35% adalah Gen Z. Artinya, jutaan anak muda Indonesia sedang terpikat oleh kemudahan ini.

Apa yang membuat paylater begitu menggoda? Pertama, aksesnya cepat dan mudah, tanpa ribet seperti mengurus kartu kredit di bank. Kedua, cicilan yang tampak ringan, seperti Rp100.000 per bulan, memberi ilusi bahwa semua terkendali. Tapi, jangan salah: ada bunga tersembunyi dan biaya layanan yang bisa mencapai 2-3% per bulan, atau setara 24-36% per tahun. Bandingkan dengan suku bunga kartu kredit yang biasanya lebih rendah, dan kamu akan melihat perbedaan mencolok.

Lebih dari itu, paylater memainkan trik psikologis. Setiap pembelian memberi rasa puas instan, dan di era media sosial -di mana tren dan gaya hidup mewah terus dipamerkan- tekanan untuk "terlihat sukses" mendorong anak muda untuk membeli lebih banyak. Sayangnya, kepuasan itu sering berujung pada tagihan yang tak terkira.

(sumber gambar: mediaasuransinews)
(sumber gambar: mediaasuransinews)

Bahaya yang Mengintai: Utang, Skor Kredit, dan Stres

Paylater memang menawarkan kemudahan, tapi risikonya tak kalah besar. Pertama, ini adalah utang -bukan tambahan uang di dompetmu. Ketika cicilan dari beberapa pembelian bertumpuk, pengeluaran bisa melebihi pendapatan, terutama bagi anak muda yang baru mulai bekerja. Data menunjukkan literasi keuangan di Indonesia masih rendah, hanya 38,03% pada 2019. Artinya, banyak yang tak sadar bahwa bunga dan biaya tersembunyi bisa membuat mereka terlilit utang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun