Peran Paus dalam Mengubah Dunia: 100 Tahun Sejak Spanish Flu (1919-2025)
Dalam satu abad terakhir, dunia telah mengalami transformasi besar -dari pandemi global hingga perang dunia, dari konflik ideologi hingga krisis iklim. Di tengah gejolak ini, pemimpin Gereja Katolik, para Paus, memainkan peran penting dalam membentuk arah sejarah dunia.
Melalui tulisan ini kita akan menelusuri peran para Paus sejak pandemi Spanish Flu 1919, dengan fokus pada lima momen kunci yang mencerminkan pengaruh mereka dalam politik, budaya, dan isu global.
1. Kemerdekaan Vatikan: Fondasi Diplomasi Modern [Paus Pius XI]
Pada tahun 1929, di bawah kepemimpinan Paus Pius XI, Vatikan resmi menjadi negara berdaulat melalui Perjanjian Lateran dengan Italia yang dipimpin Benito Mussolini. Perjanjian ini mengakhiri konflik panjang antara Gereja Katolik dan Kerajaan Italia sejak penyatuan Italia pada 1870, yang dikenal sebagai "Masalah Romawi." Dengan perjanjian ini, Vatikan diakui sebagai entitas independen dengan hak diplomatik, memberikan Paus kebebasan untuk berbicara tanpa tekanan politik langsung dari Italia.
Langkah ini tidak hanya mengamankan posisi Gereja, tetapi juga menjadikan Vatikan sebagai aktor netral dalam diplomasi global. Pius XI memanfaatkan status baru ini untuk mengkritik ideologi ekstrem seperti komunisme dan fasisme, meskipun dengan pendekatan yang hati-hati untuk menjaga stabilitas Gereja. Kemerdekaan Vatikan menjadi fondasi bagi pengaruh Paus di panggung dunia pada dekade-dekade berikutnya.
2. Paus Pius XII: Antara Kontroversi Anti-Semit dan Pendirian PBB
Pandemi Spanish Flu mereda, namun dunia segera menghadapi ancaman baru: kebangkitan Nazi dan Perang Dunia II. Paus Pius XII, yang menjabat sejak 1939, menghadapi dilema moral dan politik yang rumit. Di satu sisi, ia dikritik karena sikapnya yang dianggap terlalu pasif terhadap Holocaust dan kejahatan Nazi terhadap kaum Yahudi. Dokumen-dokumen Vatikan yang dirilis kemudian menunjukkan bahwa Pius XII melakukan upaya diam-diam untuk menyelamatkan ribuan Yahudi, namun keputusannya untuk tidak mengutuk Nazi secara terbuka tetap kontroversial.
Di sisi lain, Pius XII mendukung pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1945 sebagai respons terhadap kekejaman perang. Dalam pidato-pidatonya, ia menekankan pentingnya kerja sama internasional untuk perdamaian dan keadilan. Dukungannya terhadap PBB mencerminkan visi Vatikan untuk dunia yang lebih harmonis, meskipun diwarnai oleh tantangan moral dari era tersebut.