Fratelli Tutti: Persaudaraan Universal dan Kebhinekaan Indonesia
(Legasi Paus Fransiskus untuk Dunia dan Indonesia)
Di tengah dunia yang terpolarisasi oleh perang ekonomi, konflik bersenjata, dan fragmentasi sosial, Paus Fransiskus meluncurkan ensiklik Fratelli Tutti pada 3 Oktober 2020, sebagai seruan mendesak untuk persaudaraan universal dan persahabatan sosial. Ditulis di tengah pandemi global, ensiklik ini bukan hanya dokumen teologis, tetapi manifesto kemanusiaan yang menawarkan visi moral untuk menyembuhkan dunia yang terluka.
Dalam konteks Indonesia, negara dengan kebhinekaan budaya, agama, dan suku yang kaya, Fratelli Tutti menjadi cermin relevan untuk merajut harmoni di tengah tantangan pluralisme dan ketimpangan sosial.
Melalui artikel ini saya berusaha untuk mengupas landasan filosofis dan teologis Fratelli Tutti, menyoroti urgensinya di tengah krisis global dan lokal, serta memetakan legasi kemanusiaan Paus Fransiskus sebagai inspirasi bagi dunia dan Indonesia.
Landasan Filosofis Fratelli Tutti
Secara filosofis, Fratelli Tutti berpijak pada gagasan martabat manusia yang inheren, sebuah prinsip yang resonan dengan humanisme Kristen dan pemikiran etis modern. Paus Fransiskus mengkritik "budaya membuang" (throwaway culture), di mana manusia, terutama yang miskin dan termarginalkan, diperlakukan sebagai komoditas.
Konsep ini terinspirasi dari pemikiran Emmanuel Levinas tentang tanggung jawab etis terhadap "yang lain," yang dalam ensiklik ini diterjemahkan sebagai panggilan untuk mengenali setiap orang sebagai saudara, melampaui batas agama, budaya, atau status sosial (Fransiskus, 2020, par. 106-111).
Paus juga mengadopsi gagasan Aristoteles tentang philia (persahabatan) sebagai dasar kehidupan bermasyarakat, memperluasnya ke ranah global. Persahabatan sosial yang diusungnya bukan hanya hubungan emosional, tetapi komitmen untuk keadilan dan kesejahteraan bersama.
Dalam konteks global, di mana perang ekonomi -seperti monopoli sumber daya oleh negara-negara kaya atau eksploitasi tenaga kerja di negara berkembang- memperparah ketimpangan, Fratelli Tutti menawarkan kerangka untuk tatanan dunia yang lebih adil.
Di Indonesia, prinsip ini relevan dalam menghadapi tantangan ketimpangan ekonomi antarwilayah, seperti kesenjangan antara Jawa dan wilayah timur, serta eksploitasi sumber daya alam yang sering mengorbankan masyarakat adat (Bappenas, 2023).
Landasan Teologis Fratelli Tutti
Secara teologis, Fratelli Tutti berakar pada keyakinan bahwa semua manusia diciptakan menurut citra Allah (imago Dei), sehingga memiliki martabat yang tak dapat dicabut. Paus Fransiskus menggemakan perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati (Lukas 10:25-37), yang menjadi inti ensiklik ini, menegaskan bahwa kasih kepada sesama harus melampaui batas identitas (Fransiskus, 2020, par. 56-86). Dalam dunia yang dilanda konflik, seperti perang di Ukraina atau ketegangan di Laut Cina Selatan, ensiklik ini menyerukan pengampunan dan rekonsiliasi sebagai jalan menuju perdamaian.