Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Di Antara Puasa dan Syukur: Sebuah Perjalanan Batin di Hari Ulang Tahun

7 Maret 2025   00:01 Diperbarui: 6 Maret 2025   23:21 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Di Antara Puasa dan Syukur: Sebuah Perjalanan Batin di Hari Ulang Tahun 

Hari ini, 7 Maret, adalah hari yang istimewa. Di usia ke-51, aku berdiri di persimpangan waktu, merenungkan rahmat dan berkat Tuhan yang tak terhitung. Di tengah puasa Jumat sebagai seorang Katolik dan Ramadan bagi sahabat-sahabat Muslim, aku menemukan momen yang dalam untuk merenung, bersyukur, dan menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak-Nya. Ini bukan sekadar ulang tahun, melainkan sebuah perjalanan batin yang menghubungkan puasa, syukur, dan pertumbuhan diri.

Puasa: Jembatan Menuju Kesadaran Batin

Puasa selalu menjadi momen yang khusyuk. Bagi kami orang Katolik, puasa Jumat adalah waktu untuk menahan diri, merenung, dan mendekatkan diri pada Tuhan. Tahun ini, puasa itu terasa lebih bermakna karena bertepatan dengan Ramadan, bulan suci bagi sahabat-sahabat Muslim. Ada sebuah kesamaan yang indah: puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga membersihkan hati dan pikiran.

"Apakah aku sudah cukup bersyukur? Apakah aku sudah hidup sesuai dengan kehendak-Nya?"

Pertanyaan-pertanyaan itu mengalir pelan, seperti air yang menetes di batu, mengikis ego dan kesombongan. Puasa mengingatkanku bahwa hidup bukan tentang seberapa banyak yang kumiliki, tetapi seberapa dalam aku bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap detik kehidupan.

51 Tahun: Sebuah Catatan Syukur

Menginjak usia 51 tahun adalah sebuah anugerah. Bukan sekadar angka, melainkan kumpulan momen, cerita, dan pelajaran hidup. Aku teringat pada setiap tantangan yang berhasil kulewati, setiap tawa yang pernah kulepaskan, dan setiap air mata yang pernah kuteteskan. Semuanya adalah bagian dari rencana Tuhan yang indah.

"Tuhan, terima kasih untuk setiap napas, setiap detak jantung, dan setiap kesempatan yang Kau berikan. Aku mungkin tidak selalu mengerti jalan-Mu, tetapi aku percaya bahwa Engkau selalu menyertaiku."

Di usia ini, aku belajar bahwa syukur bukan hanya tentang mengucap terima kasih, tetapi juga tentang menerima segala sesuatu dengan lapang dada, baik suka maupun duka.

Menyerahkan Diri pada Kehendak-Nya

Di ulang tahun kali ini, aku memutuskan untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Tuhan. Bukan lagi aku yang memegang kendali, tetapi Dia yang mengarahkan langkahku. Ini bukanlah kepasifan, melainkan sebuah keputusan sadar untuk percaya bahwa rencana-Nya selalu lebih baik daripada rencanaku.

"Tuhan, aku menyerahkan semua mimpiku, rencanaku, dan harapanku pada-Mu. Aku percaya bahwa Engkau tahu apa yang terbaik untukku. Bimbinglah aku ke jalan-Mu, dan jadikanlah hidupku sebagai alat untuk memuliakan nama-Mu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun