Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Sandiwara di Kerajaan Ambanivolo: Ketika Raja Malu-Malu Kucing

25 Februari 2025   20:06 Diperbarui: 25 Februari 2025   20:06 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Sandiwara di Kerajaan Ambanivolo: Ketika Raja Malu-Malu Kucing

Di kerajaan Ambanivolo, rakyatnya hidup damai, kecuali satu hal: politik kerajaan yang lebih ribet daripada drama sinetron. Raja Ambanivolo, Sang Penguasa Agung, terkenal karena kebiasaannya bersandiwara. Setiap kali ada rapat penting, dia selalu memakai topeng emas yang katanya "melambangkan kebijaksanaan". Padahal, semua orang tahu itu cuma biar terlihat keren.

Suatu hari, perdana menteri yang jenuh dengan sandiwara raja, memutuskan untuk mengadakan sayembara. "Siapa yang bisa membuat Raja melepas topengnya, akan mendapatkan satu karung emas!" teriaknya di pasar. Rakyat pun ramai mendaftar, tapi semua gagal. Ada yang mencoba memancing raja dengan lelucon, tapi raja cuma tertawa lewat topengnya yang kaku.

Hingga suatu hari, datanglah seorang petani bernama Pak Rakotolahi. Dia membawa seekor ayam jago yang bisa bernyanyi. "Ayo, Ayam Jago, nyanyikan lagu 'Mengapa Kita Bersandiwara'!" perintah Pak Rakotolahi. Ayam itu pun berkokok dengan nada fals, tapi lucunya, raja malah tertawa terbahak-bahak. Tanpa sadar, topengnya terjatuh!

Raja pun kaget. "Astaga! Topengku!" teriaknya sambil menutupi wajahnya. Tapi sudah terlambat. Rakyat yang melihat wajah asli raja langsung terpingkal-pingkal. Ternyata, raja punya wajah yang mirip sekali dengan bebek! "Jadi selama ini kita takut sama bebek?!" teriak seorang warga sambil tertawa.

Sejak hari itu, raja memutuskan untuk tidak lagi memakai topeng. "Lebih baik jadi bebek yang jujur daripada raja yang palsu," katanya sambil tersenyum. Rakyat pun semakin mencintainya, karena akhirnya mereka tahu bahwa raja mereka punya selera humor yang tinggi.

Dan Pak Rakotolahi? Dia mendapatkan karung emas, tapi memilih memberikannya ke rakyat miskin. "Uang bisa dicari, tapi tawa raja yang malu-malu kucing? Itu mah priceless!" katanya sambil pergi dengan ayam jagonya.

Kerajaan Ambanivolo pun hidup damai, dengan raja yang sekarang lebih sering ketawa ketimbang bersandiwara. Dan topeng emas itu? Dipajang di museum dengan tulisan: "Ini bukan topeng kebijaksanaan, ini topeng malu-malu kucing!"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun