Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanggalkan Topeng di Tengah Panggung Sandiwara Politik

25 Februari 2025   06:28 Diperbarui: 25 Februari 2025   06:28 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Menanggalkan Topeng di Tengah Panggung Sandiwara Politik

Dalam dunia yang seringkali dipenuhi dengan kepura-puraan, menjadi diri sendiri adalah sebuah tindakan keberanian. Seperti yang dikatakan dalam kutipan, "All you can lose by being real is something that's fake."

Mengapa begitu sulit bagi kita untuk melepaskan topeng dan menghadapi dunia dengan jujur? Terutama dalam konteks politik aktual, di mana sandiwara dan peran-peran palsu seringkali menjadi tontonan sehari-hari.

Lagu "Mengapa Kita Bersandiwara" yang biasa dinyanyikan oleh Nike Ardila di era 1900-an menggambarkan betapa dunia ini bagaikan panggung sandiwara, di mana setiap orang memainkan peran tertentu.

Dalam politik, sandiwara ini semakin terasa. Kisah Mahabharata atau tragedi Yunani pun seolah terulang dalam kehidupan nyata, di mana setiap politisi memainkan peran mereka, baik yang wajar maupun yang penuh kepura-puraan.

Sandiwara Politik yang Menjebak

Politik, sebagai salah satu panggung terbesar dalam kehidupan manusia, seringkali menjadi tempat kepalsuan merajalela. Banyak politisi yang terperangkap dalam peran mereka, seolah-olah mereka harus terus mempertahankan citra tertentu untuk mendapatkan dukungan. Namun, pengalaman menunjukkan bahwa kepura-puraan ini justru merugikan. Ketika kebohongan terungkap, kepercayaan publik hancur, dan yang tersisa hanyalah rasa kecewa.

Contohnya, dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat bagaimana politisi yang awalnya dianggap sebagai "pahlawan" tiba-tiba jatuh dari panggung karena skandal atau kebohongan yang terungkap. Mereka kehilangan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah benar-benar mereka miliki: citra palsu yang dibangun dengan susah payah.

Ketakutan untuk Menjadi Diri Sendiri

Mengapa kita, terutama dalam dunia politik, begitu takut untuk menjadi diri sendiri? Salah satu alasannya adalah ketakutan akan penolakan. Dalam politik, citra dan popularitas adalah segalanya. Banyak politisi merasa bahwa mereka harus memenuhi ekspektasi publik, bahkan jika itu berarti mengorbankan integritas mereka.

Namun, ketakutan ini justru menciptakan lingkaran setan. Semakin kita berpura-pura, semakin kita kehilangan diri sendiri. Dan ketika kebenaran akhirnya terungkap, kerugian yang kita alami jauh lebih besar daripada sekadar kehilangan citra palsu.

Keberanian untuk Menjadi Nyata

Solusi dari masalah ini sebenarnya sederhana, meskipun tidak mudah: berani menjadi diri sendiri. Dalam konteks politik, ini berarti memiliki integritas dan konsistensi dalam tindakan dan ucapan. Ketika seorang politisi memilih untuk jujur dan transparan, mereka mungkin akan kehilangan dukungan dari mereka yang menginginkan sandiwara. Namun, mereka akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga: kepercayaan dan rasa hormat dari mereka yang menghargai kejujuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun