Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Nasi Kucing dan Politik Gentong Babi

18 Februari 2025   11:44 Diperbarui: 18 Februari 2025   11:44 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

NASI KUCING DAN POLITIK GENTONG BABI

 

Di sebuah angkringan di sudut kota, tertempel kata-kata Nelson Mandela ini: "PENJAHAT ITU TIDAK MEMBANGUN NEGARA, MEREKA HANYA MEMPERKAYA DIRI SENDIRI SAMBIL MERUSAK NEGARA." 

PPak Somad dan beberapa bapak paruh baya duduk bersama seorang pemuda yang masih penuh semangat. Sambil melihat tulisan itu, Pak Somad nyeletuk, "Gile Ndro, pemilik angkringan penggemar Nelson Mandela. Ini mah kayak gentong babi, isinya cuma buat makan sendiri, nggak ada bagi-bagi ke rakyat." Semua yang mulai duduk tertawa, sedangkan Bu Sintal, pemilik angkringan, menimpali, "Kata-kata itu hanya buat penyemangat bahwa dengan angkringan ini, saya berjuang untuk memperkaya diri, tapi tetap halal. Nggak kayak pejabat-pejabat yang suka main gentong babi." Lagi-lagi bapak-bapak itu tertawa, "haha..gentong babi, jadi ingat dulu kakung biasa simpan tuak sehabis suling. Gini-gini, meski pekerja keras macam kami ini, makan nasi kucing biar istri dan anak bisa kebagian mie goreng atau mie kuah nanti."

Di atas meja, ada beberapa bungkus nasi kucing, sate usus, dan segelas susu jahe yang mengepul. Suasana hangat dengan cahaya lampu minyak yang redup. Para bapak mulai masuk diskusi dengan lebih serius tapi penuh canda, tepatnya sebagai curhat aja sih.

Bapak Somad (BS): Ngelihatin nasinya sambil geleng-geleng kepala. "Waduh, ini nasinya kecil banget ya kayak proyek jalan tol di desa kita. Dibilang ada, cuma nggak keliatan manfaatnya."

Pemuda Jono (PJ): Sambil nyeruput susu jahe. "Halah, Pak! Itu mah masih untung ada nasinya. Kalau proyek jalan tol di kampung saya? Yang ada cuma lobang besar buat nyemplungin duit rakyat!"

Bapak Sastro (BS2): Nyengir sambil ngunyah sate usus. "Bener tuh, Jono! Kayak kemarin itu, ada pejabat bilang mau bangun sekolah. Tapi pas dicek, gedungnya cuma satu ruangan doang. Satunya lagi jadi tempat parkir mobil dinas dia. Sekolah atau showroom, ya?"

PJ: Sambil ketawa keras. "Wkwkwk, iya Pak! Mungkin anak-anak disuruh belajar di kolong mobil biar hemat AC!"

BS: Dengan nada serius tapi tetap ada senyumnya. "Nih ya, Jono, kalau kata Nelson Mandela, penjahat itu nggak pernah beneran membangun negara. Mereka cuma mikirin kantong sendiri. Nah, kalau di Indonesia ini, mereka nggak cuma mikirin kantong, tapi juga dompet, tas, sampe brankas!"

BS2: "Nggak cuma brankas, Pak! Bahkan ATM-nya juga di-setting auto-transfer tiap bulan ke rekening mereka. Proyek fiktif tuh namanya apa lagi kalau bukan magic trick abad ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun