Raja dan Penerusnya: Ketika Puja-Puji Jadi Password Rahasia
Ada pepatah kuno yang mengatakan, "Jika ingin menyembunyikan rahasia, buatlah pidato penuh sanjungan."Â Nah, inilah kisah dua raja -yang satu sudah lengser, satunya baru naik tahta- yang memperlihatkan bahwa seni menyanjung bisa lebih kuat daripada kunci brankas. Mereka berdua saling melempar pujian bak pemain tenis profesional, tapi ternyata tujuannya cuma satu: menjaga agar rahasia kelam mereka tetap aman dari pengadilan.
Di Kerajaan Durian Runtuh, ada seorang mantan raja bernama Raja Kertabumi II. Setelah 10 tahun berkuasa, ia harus turun takhta karena aturan baru kerajaan melarang raja memerintah lebih dari satu dekade. Aturan ini dibuat untuk mencegah lahirnya diktator-diktator haus kekuasaan. Namun, di balik aturan mulia itu, ada alasan lain yang hanya diketahui oleh segelintir orang: Raja Kertabumi II terlalu sering tertidur saat rapat penting, hingga pernah salah tandatangan surat pengangkatan menteri menjadi penjual gorengan.
Penggantinya adalah Raja Jayakarta III, sepupu jauhnya yang baru saja naik takhta. Jayakarta III mendapatkan durian runtuh alias jabatan tanpa perlu bersusah payah kampanye atau berdebat panjang lebar. Ia tahu betul bahwa posisi ini datang dengan risiko besar: jika ketahuan bahwa selama ini ia hanya pura-pura pintar dalam rapat-rapat istana, karier politiknya bakal tamat seperti drama Korea yang dipotong iklan.
Maka, pada hari pelantikan, kedua raja ini bertemu di podium megah istana. Dengan sorot mata penuh arti, mereka mulai beraksi.
"Saudaraku terkasih, Raja Kertabumi II," ujar Jayakarta III membuka pidato. "Kamu adalah pemimpin visioner yang luar biasa! Di bawah kepemimpinanmu, Kerajaan Durian Runtuh menjadi pusat ekonomi dunia... eh maksud saya, setidaknya pusat kuliner durian terbaik!"
Para hadirin bertepuk tangan riuh, meski beberapa di antaranya tampak bingung. Bukankah kerajaan ini belum punya apa-apa selain ladang durian?
Kertabumi II tersenyum lebar, lalu balas berkomentar, "Dan saudaraku Jayakarta III, kamu adalah pilihan sempurna sebagai penerus tahta! Kamu memiliki otak yang cemerlang, hati yang bijaksana, dan... ehm, semangat belajar yang tinggi!" Ia mengedipkan mata dengan penuh kode keras. Semua orang tahu bahwa Jayakarta III pernah gagal ujian matematika dasar tiga kali berturut-turut.
Tapi penonton tidak peduli. Mereka terlalu sibuk mengunyah durian gratis yang disediakan panitia.