Reuni Valentine di Dunia Maya: Kisah Gadis Kecilku yang Kini Menjadi Mama Rosela
Di hari kasih sayang yang penuh kehangatan, sebuah pertemuan tak terduga melalui dunia maya membawa kembali kenangan manis masa lalu. Seorang gadis kecil bernama Rosela, yang dulu dengan sabar mengajari saya bahasa Malagasy, kini telah tumbuh menjadi seorang ibu dari tiga anak. Perjumpaan ini bukan hanya tentang nostalgia, tetapi juga tentang rasa syukur dan kebahagiaan yang tak terhingga.
Dari Guru Kecil hingga Ibu Tangguh
Rosela adalah salah satu figur terpenting dalam perjalanan saya mempelajari bahasa Malagasy. Saat itu, saya masih sangat asing dengan struktur bahasa dan budaya lokal. Namun, berkat kesabaran dan semangatnya, saya mampu belajar banyak hal. Usianya baru delapan tahun, tetapi dia sudah menunjukkan ketekunan luar biasa sebagai guru privat saya. Setiap hari, kami berjalan bersama menuju pasar, sekolah, atau tempat-tempat lain sambil berlatih berbicara dalam bahasa Malagasy. Saya sering tertawa mendengar logat lucu saya yang belum sempurna, namun Rosela selalu tersenyum lebar dan memberi semangat.
Waktu terus berlalu, dan kehidupan membawa kami pada jalan-jalan yang berbeda. Kami kehilangan kontak setelah saya meninggalkan Madagaskar. Meski begitu, ingatan tentang Rosela selalu ada di hati saya: tentang senyum polosnya, suaranya yang ceria, dan semangatnya yang tak pernah padam.
Tahun-tahun berlalu tanpa kabar. Hingga suatu malam di bulan Februari, saat Valentine tiba, sebuah pesan masuk melalui Facebook. Awalnya, saya tidak yakin bahwa itu benar-benar Rosela. Namun, ketika nama-nama akrab disebutkan -seperti Fidelis dan Elisa, kedua kakaknya dan kenangan-kenangan masa kecil- hati saya langsung bergetar. Ya, ini dia! Rosela, si gadis kecil yang dulu setia menemani saya belajar, kini hadir kembali dalam hidup saya. Awalnya seorang kakak seperjuangan, yang kini jadi imam (putra asli Madagascar) yang mengirimkan kabar kalau Rosela mencari dan ingin saya konfirmasi pertemanan FB dengannya.
Transformasi Waktu dan Cinta Keluarga
Dalam percakapan panjang kami tadi malam, Rosela bercerita tentang perjalanan hidupnya. Dia bukan lagi gadis kecil yang lincah dan penasaran seperti dulu. Kini, dia adalah seorang ibu dari tiga anak, seorang putri dan dua putra. Suaranya tetap hangat karena memang ia jago menyanyi, meskipun nada bicaranya lebih dewasa. Dia juga berbagi kabar tentang keluarganya, termasuk kedua kakaknya yang dulu sering ikut menemani saya berjalan-jalan ke pedalaman untuk pelayanan pastoral karena Fidelis adalah juga ketua dewan paroki kala itu. Mereka semua sehat dan bahagia, katanya.
Yang membuat saya tersentuh adalah ketika Rosela menyebutkan bahwa salah satu keponakannya, yang juga "anak permandian" saya kini sudah menjadi salah satu anggota DPD termuda di distriknya. Bagi orang Madagaskar, tradisi "permandian" memiliki makna mendalam sebagai bentuk pengakuan hubungan spiritual antara dua keluarga. Fakta bahwa Rosela masih mengingat dan merujuk pada momen tersebut membuat saya kagum dengan ingatannya.
Kami berbicara tentang banyak hal -tentang bagaimana waktu telah mengubah segalanya, tetapi juga tentang bagaimana beberapa hal tetap sama. Rasa hormat dan cinta terhadap keluarga, misalnya, tetap menjadi nilai inti dalam kehidupan Rosela. Mendengar ceritanya tentang bagaimana dia menjaga anak-anaknya dan menjalani tanggung jawab sebagai seorang ibu, saya merasa bangga. Gadis kecil itu telah tumbuh menjadi wanita yang kuat dan penuh kasih.
Media Sosial sebagai Jembatan Reuni
Pertemuan ini tidak akan mungkin terjadi tanpa keberadaan media sosial. Facebook, platform yang sering kali dipandang skeptis oleh sebagian orang, ternyata menjadi alat yang sangat ampuh untuk menyambungkan kembali hubungan yang sempat terputus. Melalui fitur pencarian dan grup komunitas, Rosela berhasil menemukan akun saya setelah bertahun-tahun mencari.