Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cancel Culture di Indonesia: Fenomena, Dampak, dan Solusi untuk Masa Depan

11 Februari 2025   06:13 Diperbarui: 11 Februari 2025   06:13 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan Qwen 2.5 max, dokpri)

Cancel Culture di Indonesia: Fenomena, Dampak, dan Solusi untuk Masa Depan

Di era digital yang semakin terhubung, cancel culture menjadi salah satu fenomena yang tak bisa diabaikan. Gerakan ini kerap muncul sebagai respons terhadap perilaku atau pernyataan seseorang yang dianggap bermasalah oleh publik. Namun, apakah cancel culture benar-benar sudah merambah Indonesia?

Bagaimana dampaknya bagi individu dan karya mereka? Dalam artikel singkat pagi ini,  saya mencoba untuk mengupas fenomena cancel culture di Indonesia dengan belajar dari pengalaman global, serta memberikan solusi agar kita dapat menyikapi isu ini dengan bijak. Selain itu saya juga menyoroti pentingnya literasi parenting dalam mendampingi anak-anak yang mungkin menjadi korban cancel culture.

Apa Itu Cancel Culture?

Cancel culture adalah gerakan sosial yang berlangsung di dunia maya, di mana seseorang atau kelompok diboikot secara massal akibat tindakan atau pernyataan yang dianggap tidak pantas. Biasanya, gerakan ini dimulai dengan seruan netizen di media sosial, yang kemudian berkembang menjadi kampanye besar-besaran untuk menekan target "cancel" agar kehilangan popularitas, pekerjaan, atau bahkan reputasi mereka.

Fenomena ini sering kali muncul dalam diskusi terkait isu sensitif seperti misogini, rasisme, orientasi seksual, hingga pelanggaran etika. Meskipun awalnya bertujuan untuk menegakkan keadilan sosial, cancel culture juga menuai kritik karena dinilai terlalu reaktif, emosional, dan kadang-kadang tidak proporsional.

Cancel Culture di Indonesia: Sudah Terjadi?

Indonesia, sebagai negara dengan jumlah pengguna internet mencapai 204,7 juta jiwa (data We Are Social 2023), tidak luput dari gelombang cancel culture. Beberapa kasus telah menunjukkan bahwa gerakan ini mulai mengambil tempat di ruang publik digital Tanah Air.

Contohnya, pada tahun 2021, seorang selebriti pria mendapat kecaman hebat setelah unggahan lamanya tentang topik sensitif viral di media sosial. Akibatnya, ia kehilangan beberapa proyek iklan dan dukungan dari brand-brand besar. Kasus serupa juga terjadi pada seorang influencer yang membuat pernyataan kontroversial tentang agama, yang kemudian memicu gelombang protes online hingga memengaruhi karier mereka.

Tidak hanya individu, lembaga atau merek pun bisa menjadi sasaran cancel culture. Salah satu contohnya adalah ketika sebuah perusahaan fast food dikecam karena iklan yang dianggap melecehkan budaya lokal. Publik kemudian menyerukan boikot produk tersebut, yang berdampak langsung pada penjualan mereka.

(olahan qwen 2.5 max, dokpri)
(olahan qwen 2.5 max, dokpri)

Dampak Negatif Cancel Culture

Meskipun cancel culture sering kali dimotivasi oleh niat baik untuk menegakkan keadilan, dampaknya tidak selalu positif. Berikut adalah beberapa konsekuensi yang patut dipertimbangkan:

Pertama, Penghukuman Massal tanpa Ruang untuk Refleksi. Banyak korban cancel culture tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan diri atau memperbaiki kesalahan mereka. Alih-alih dialog, yang terjadi adalah penghakiman massal yang sering kali bersifat emosional dan impulsif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun