Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencari Harga Diri Tanpa Menjatuhkan Orang Lain

8 Februari 2025   06:34 Diperbarui: 8 Februari 2025   06:34 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi Deepak Chopra, hasil olahan Qwen 2,5 max, dokpri)

Mencari Harga Diri Tanpa Menjatuhkan Orang Lain

Deepak Chopra mengingatkan kita bahwa merasa lebih baik tentang diri sendiri tidak akan pernah tercapai dengan merendahkan orang lain. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang terjebak dalam lingkaran ini tanpa sadar. Bagaimana hal ini menjadi masalah, apa pelajaran yang bisa dipetik, dan bagaimana kita bisa memperbaiki diri?

[Deepak Chopra adalah seorang penulis, pembicara, dan dokter asal India-Amerika yang dikenal luas sebagai tokoh terkemuka dalam bidang kesehatan alternatif, spiritualitas, dan pengobatan holistik. Ia menggabungkan prinsip-prinsip kedokteran Barat dengan pendekatan Timur, seperti Ayurveda dan meditasi, untuk mempromosikan kesejahteraan fisik, mental, dan spiritual. Chopra telah menulis puluhan buku laris, termasuk "The Seven Spiritual Laws of Success", dan mendirikan Chopra Foundation serta Chopra Center for Wellbeing. Ia sering dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam gerakan New Age dan kesehatan holistik.]


Persaingan yang Salah Arah

Di era media sosial, membandingkan diri sendiri dengan orang lain telah menjadi kebiasaan yang sulit dihindari. Sayangnya, ini sering kali memunculkan dorongan untuk menjatuhkan orang lain demi meningkatkan citra diri. 

Komentar negatif, sindiran, atau bahkan fitnah menjadi cara untuk membuat diri terlihat lebih baik. Fenomena ini, yang disebut sebagai schadenfreude (lihat tulisan khusus tentang ini siang nanti), menciptakan ilusi kebahagiaan melalui penderitaan orang lain.

Namun, di balik itu semua, perasaan kosong justru lebih besar. Merendahkan orang lain mungkin memberikan kepuasan sesaat, tetapi efeknya jangka panjangnya justru merusak. Misalnya, seorang rekan kerja yang menjatuhkan teman sekerjanya untuk mendapatkan promosi mungkin merasa menang, tetapi pada akhirnya, ia kehilangan kepercayaan dan hubungan baik di tempat kerja.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Belajar dari Kisah Nyata

Ada banyak contoh yang menunjukkan betapa destruktifnya kebiasaan ini. Salah satunya adalah cerita seorang pemimpin organisasi yang dulu sering mengkritik anggota timnya secara terbuka untuk menunjukkan bahwa ia lebih kompeten. Awalnya, ia merasa superior. Namun, lama kelamaan, anggota timnya kehilangan motivasi dan rasa hormat kepadanya. Akibatnya, organisasi tersebut stagnan dan mengalami konflik internal.

Sebaliknya, kisah inspiratif datang dari Nelson Mandela, yang justru membangun harga dirinya dengan mengangkat orang lain. Selama perjuangannya melawan apartheid, ia memilih untuk menghormati lawannya dan mencari cara untuk menyatukan orang, bukan merendahkan mereka. Sikap ini membuatnya dihormati oleh dunia dan memberikan dampak positif yang jauh lebih besar.

Pengalaman pribadi juga bisa menjadi guru terbaik. Banyak dari kita mungkin pernah merasa bersalah setelah mengkritik seseorang dengan cara yang tidak adil. Saat merenungkan hal itu, kita menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak pernah datang dari menjatuhkan orang lain, melainkan dari membangun hubungan yang sehat dan mendukung.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Membangun Diri dengan Menghormati Orang Lain

Untuk keluar dari pola ini, langkah pertama adalah introspeksi. Mengapa kita merasa perlu menjatuhkan orang lain? Apakah itu karena rasa tidak percaya diri? Atau mungkin karena tekanan sosial? Ketika kita memahami akar masalahnya, kita bisa mulai menggantinya dengan cara yang lebih sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun