Direktur Selamanya
Pak Djohar, seorang direktur yang sudah pensiun, menolak mengakui kenyataan bahwa masa jabatannya telah berakhir. Meski kini hanya menikmati hari tuanya di rumah, ia tetap berlagak bak pemimpin perusahaan, bahkan lebih sibuk daripada saat masih menjabat.
Ke mana pun pergi, ia selalu membawa seorang wartawan dan tukang video untuk mendokumentasikan setiap gerak-geriknya. Saat makan di warung pecel lele, ia berpose seolah sedang menginspeksi restoran Michelin Star. Saat berkebun, ia menyampaikan pidato panjang tentang "manajemen pertumbuhan organik." Bahkan saat tidur siang, ada dokumentasi khusus bertajuk "Direktur Juga Butuh Istirahat."
Puncaknya, Pak Djohar menjadikan rumahnya sebagai destinasi wisata baru bagi para direktur yang ingin belajar "kepemimpinan abadi." Di ruang tamunya, terpajang berbagai piagam penghargaan dan foto-foto masa jaya. Setiap tamu yang datang dipandu dalam "tur kepemimpinan" dengan paket seminar kilat tentang "Bagaimana Tidak Pernah Benar-Benar Pensiun."
Namun, ada satu masalah: putranya, yang kini menjadi wakil direktur, mulai merasa terganggu. Meski sudah menjabat, tetap saja semua keputusan dikendalikan dari jauh oleh sang ayah. Bahkan, Pak Djohar sudah mulai menyusun strategi kudeta agar putranya bisa segera naik jabatan menjadi direktur: dengan dirinya tetap sebagai penasihat utama, tentu saja.
Suatu hari, istrinya tidak tahan lagi. "Pak, kapan berhenti main drama? Sudah pensiun, ya istirahat!"
Pak Djohar tersenyum lebar. "Direktur sejati tidak pernah istirahat, Bu. Dunia masih butuh kepemimpinan saya!"
Dan begitu, rumah Pak Djohar tetap sibuk, penuh dokumentasi, dan, tentu saja, tetap terasa seperti kantor pusat yang tidak pernah mati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI