Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kekuatan Mengendalikan Pikiran di Tengah Gejolak Indra

6 Februari 2025   12:02 Diperbarui: 6 Februari 2025   12:02 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Kekuatan Mengendalikan Pikiran di Tengah Gejolak Indra

Napoleon Bonaparte, salah satu tokoh terbesar dalam sejarah, menyatakan bahwa kekuatan sejati berasal dari kemampuan untuk mengendalikan hubungan antara indra dan pikiran. Pernyataan ini menyoroti pentingnya mengelola reaksi emosional dan impulsif agar seseorang dapat bertindak dengan bijak. Refleksi ini mengurai peran kontrol diri dalam menghadapi tantangan hidup, belajar dari pengalaman, dan menemukan solusi yang mendalam.

[Napoleon Bonaparte (1769--1821) adalah pemimpin militer dan negarawan Prancis yang menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah. Ia lahir di Corsica, menonjol sebagai jenius strategi militer selama Revolusi Prancis, dan naik ke tampuk kekuasaan sebagai Kaisar Prancis pada 1804.
Melalui serangkaian kampanye militer, ia menaklukkan sebagian besar Eropa, memperkenalkan reformasi besar seperti Kode Napoleon , yang menyatukan hukum dan administrasi modern. Namun, ambisinya runtuh setelah invasi gagal ke Rusia (1812) dan kekalahan di Pertempuran Waterloo (1815). Ia diasingkan ke Pulau Saint Helena, tempat ia meninggal.
Warisan Napoleon meliputi modernisasi hukum, administrasi, dan sistem pendidikan, serta pengaruhnya terhadap nasionalisme dan politik Eropa. Ia dikenang sebagai simbol kejeniusan militer dan ambisi manusia.]

(olahan Qwen 2,5 max, dokpri)
(olahan Qwen 2,5 max, dokpri)

Dikuasai oleh Indra

Sering kali, kita membiarkan indra kita mendikte pikiran dan tindakan. Rasa marah yang dipicu oleh komentar kasar, ketakutan yang datang dari berita buruk, atau kegembiraan sesaat karena pujian palsu adalah beberapa contoh bagaimana reaksi emosional sering kali membajak rasionalitas kita.

Contohnya, seorang pegawai yang dikritik tajam oleh atasannya mungkin langsung merespons dengan kata-kata kasar atau mengambil keputusan untuk berhenti tanpa berpikir matang. Akibatnya, ia tidak hanya kehilangan pekerjaan tetapi juga hubungan profesional yang berharga.

Masalah ini timbul karena kita sering bereaksi secara spontan terhadap rangsangan tanpa memberi waktu untuk berpikir. Ketika indra memegang kendali, kita kehilangan kemampuan untuk bertindak dengan strategi, sehingga keputusan yang diambil lebih sering merugikan daripada menguntungkan.

Belajar dari Mereka yang Berhasil

Sejarah dan kehidupan sehari-hari memberikan banyak contoh orang-orang yang mampu mengendalikan komunikasi antara indra dan pikiran mereka. Salah satunya adalah Mahatma Gandhi. Dalam perjuangannya melawan ketidakadilan, ia sering dihadapkan pada penghinaan dan kekerasan. Namun, ia mampu menahan reaksi emosionalnya dan merespons dengan sikap tenang, menjadikan dirinya simbol kekuatan tanpa kekerasan.

Dalam kehidupan modern, seorang atlet seperti Roger Federer juga menunjukkan kemampuan serupa. Di lapangan tenis, ia sering dihadapkan pada situasi yang memicu frustrasi; kesalahan kecil, tekanan dari lawan, atau sorakan negatif dari penonton. Namun, ia mampu menjaga ketenangannya dan tetap fokus pada strategi permainan, membuktikan bahwa kontrol diri adalah kunci keberhasilan.

Pengalaman ini mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan tentang menghindari rangsangan negatif, melainkan tentang bagaimana seseorang memilih untuk meresponsnya.

(olahan Qwen 2,5 max, dokpri)
(olahan Qwen 2,5 max, dokpri)

Memutus Komunikasi yang Mengganggu

Mengendalikan pikiran di tengah dorongan indra adalah keterampilan yang bisa dilatih. Saat menghadapi situasi yang memicu emosi, seseorang perlu memberi jeda untuk berpikir. Jeda ini bukan tanda kelemahan, melainkan langkah pertama menuju kontrol diri yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun