Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Horor

Jejak Kecil di Job Fair

29 November 2024   12:00 Diperbarui: 1 Desember 2024   12:45 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(job fair bisa menjadi awal bencana, maka perlu sikap kritis, olahan GemAIBot, dokpri)

Jejak Kecil di Job Fair

Di balik pancaran lampu neon yang menyilaukan di tempat job fair, tersembunyi bayangan kelam yang siap memangsa harapan para pencari kerja. Suara tawa dan obrolan hangat seakan menutupi kegelapan yang mengintai, sementara senyuman manis yang ditawarkan oleh calon pemberi kerja menyimpan rahasia mengerikan. Apa yang terlihat sebagai peluang emas bisa saja menjadi jebakan maut, sebuah sindikat yang bersembunyi di balik wajah-wajah bersahabat, siap menjebak mereka yang naif dengan janji manis. Di tempat di mana impian seharusnya lahir, hati-hati, karena tidak semua harapan berujung bahagia; beberapa dapat mengantarkan Anda pada kegelapan abadi. 

***

Kota kecil itu baru saja dikelilingi hujan dan kabut. Seorang mahasiswi bernama Rina ingin kuliah sambil kerja. Ia sosok yang penuh harapan, bercita-cita untuk memperbaiki nasib keluarganya dengan meraih pekerjaan impian. Suatu sore, ia melihat pengumuman tentang job fair yang diadakan setiap minggu oleh sebuah lembaga yang terdengar resmi, lengkap dengan logo pemerintah. "Ini kesempatan yang tidak boleh dilewatkan," pikirnya.

Dengan penuh semangat, Rina datang ke lokasi job fair. Suasana ramai, dipenuhi oleh para pencari kerja yang saling berdiskusi. Rina bertanya pada teman-temannya, tetapi semuanya merasa optimis. Namun, yang tidak mereka ketahui adalah, dibalik kemeriahan itu, ada sesuatu yang gelap mengintai, sebuah perusahaan yang menawarkan pekerjaan di luar negeri, dengan gaji tinggi dan keuntungan yang menggiurkan. Tanpa ragu, Rina dan beberapa temannya tertarik dan mengisi formulir pendaftaran.

Setelah acara selesai, mereka kembali ke rumah dengan euforia. "Akhirnya kita bisa memperbaiki nasib!" seru Rina dengan riang. Namun, hari-hari berlalu tanpa kabar. Rina pun mulai merasakan gelisah. Dalam pencariannya, ia menemukan bahwa beberapa teman yang terlibat seperti dirinya sudah tidak dapat dihubungi. Rina mulai melakukan penelitian dan menyadari bahwa perusahaan yang mereka daftarkan tidak memiliki jejak baik di internet. Ia berusaha menghubungi penyelenggara job fair, tetapi semua nomor yang ada tidak aktif.

Suatu malam, Rina terbangun dari tidurnya karena sepintas ia mendengar suara langkah kaki. Dengan rasa takut bercampur penasaran, ia menyalakan lampu dan melihat di cermin yang tergantung di dinding. Namun, refleksinya tampak berbeda, sosok samar berdiri di belakangnya dengan wajah yang suram. Rina berusaha menjerit, tetapi suaranya seolah teredam oleh kegelapan. Jantungnya berdegup kencang dan perasaannya semakin mencekam.

Keesokan harinya, Rina menerima pesan dari salah satu temannya yang hilang, dengan isi yang penuh ketakutan. Temannya mengungkapkan bahwa mereka telah terperangkap dalam sebuah sindikat penipuan pekerjaan, dijanjikan pekerjaan di luar negeri, tetapi justru terjebak dalam situasi yang mengancam keselamatan mereka. Rina merasa terjebak dalam permainan yang penuh kegelapan, suara langkah kaki terus menghantuinya, menyadarkannya bahwa mereka sebenarnya tidak sendirian, ada banyak korban lainnya.

Rina mulai merangkai potongan-potongan informasi dan bertekad untuk mencari jalan keluar. Ia pergi ke pihak berwajib dan melaporkan kejadian tersebut, berbagi kisah teman-temannya yang juga menjadi korban. Tetapi, siapa yang akan percaya kisahnya? Kegiatan job fair yang seharusnya menjadi peluang baik kini menjadi ladang PANDEMI KECEMASAN dan KESENGSARAN bagi mereka yang ingin meraih masa depan yang lebih baik.

(Ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)
(Ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)

Bertekad untuk mendapatkan keadilan, Rina melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib, menceritakan kisah teman-temannya. Namun, siapa yang akan percaya padanya? Job fair yang seharusnya menjadi peluang baik kini menjadi ladang ketidakpastian dan kesengsaraan bagi mereka yang ingin meraih masa depan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun