Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Lingkaran Tak Berujung

9 November 2024   10:00 Diperbarui: 9 November 2024   10:01 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi diolah dari GemAIBot, dokpri)

LINGKARAN TAK BERUJUNG

Di balik keceriaan perpisahan di ruang rapat yang penuh hiasan balon dan kue, sesosok bayangan hitam mengintai, menunggu momen yang tepat untuk membongkar rahasia kelam dari perpisahan puluhan tahun lalu. Amanda, anak dari mantan karyawan yang menghilang secara misterius saat mengundurkan diri, tak pernah menyangka bahwa langkahnya untuk merayakan akhir kariernya di perusahaan ini akan membawanya pada teror yang tak terduga.

Amanda telah bekerja di perusahaan yang sama selama lebih dari satu dekade. Hari itu, saat pengumuman pengunduran dirinya tiba, suasana ruangan terasa hangat. Rekan-rekannya berkumpul untuk memberikan ucapan selamat dan berbagi kenangan. Untuk merayakan momen ini, Amanda memutuskan untuk mentraktir makanan, dan dalam tradisi yang sudah mendarah daging, ia memilih pizza sebagai sajian utama. Namun, di benaknya, terbersit kenangan tentang ayahnya yang juga melakukan hal serupa puluhan tahun silam, sebelum ia menghilang tanpa jejak.

Saat perayaan berlangsung, Amanda merasakan keanehan. Beberapa rekan kerjanya mendadak memberinya tatapan kosong. Ia mulai mendengar bisikan-bisikan samar yang menyebut nama ayahnya, dan saat ia bertanya, mereka segera membuang muka. Makanan yang seharusnya menyenangkan itu mulai terasa pengap.

Ia berusaha menepis rasa ketidaknyamanan dalam hatinya dan melanjutkan acara tersebut. Setelah semua menyantap pizza dan meminum soda, Amanda merasa ada yang tidak beres. Ruangan mendadak gelap, lampu berkedip, dan sebuah bayangan hitam melayang di sudut ruangan. Seseorang dari rekan kerjanya berteriak, "Kita terjebak!" Suara itu memecah kesunyian, dan semua orang terdiam sejenak.

(ilustrasi memakai deepAI, dokpri)
(ilustrasi memakai deepAI, dokpri)

Mereka semua terdiam, kemudian Amanda teringat kisah yang pernah diceritakan ibunya tentang hari terakhir ayahnya bekerja. Suasana yang sama, rasa cemas, dan bagaimana perayaan itu berakhir dengan tragedi. Amanda berusaha menenangkan dirinya, berpikir bahwa ini hanya mimpi buruk yang akan segera berlalu. Namun, ketika semua lampu padam total, ia merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar kegelapan; perasaan seakan terjebak dalam waktu yang tidak pernah berlalu.

Ketika lampu menyala kembali, dan bayangan hitam itu tampak lebih jelas. Itu adalah sosok ayahnya, mengulurkan tangan kepadanya. "Amanda, jangan ulangi kesalahanku," bisiknya. Kamar itu bergetar seperti retakan dimensi, dan tiba-tiba semua rekan kerja Amanda tercekat, terjebak dalam lingkaran waktu yang sama.

Di tengah kekacauan, Amanda menyadari bahwa ini adalah pengulangan waktu, perayaan takdir yang tidak bisa dihindari. Ia harus menghadapi kebenaran bahwa perpisahan bukan sekadar ritual untuk mengucapkan selamat tinggal; itu adalah pengingat akan kebebasan yang terenggut.

Dengan semangat yang tersisa, Amanda melawan dan berteriak, "Kita bisa menghentikannya!" Dia berusaha untuk merobek realitas sekitar, dan dalam sekejap, suara ayahnya tak lagi bergema. Semua hantu dari masa lalu mulai menghilang, dan Amanda menyadari bahwa perjuangannya untuk mengubah takdir ada di tangannya.

Akhirnya, cahaya terang muncul, dan semua orang terbangun kembali di ruangan penuh dekorasi. Pizza telah dingin, tetapi ketegangan menyesakkan. Semua yang hadir memahami makna dari perpisahan ini dengan cara yang baru. Amanda yang bertekad, menyatakan bahwa sekarang adalah waktu untuk melanjutkan, tanpa mengulangi sejarah kelam. Namun, saat mereka beranjak pergi, Amanda tidak pernah merasa sepi, bayangan ayahnya memantulkan senyum yang misterius di sudut pandangannya.

Di tengah keramaian itu, Amanda tersenyum lega, pernah terjebak dalam waktu dengan hantu ayahnya, tetapi saat ia meninggalkan ruang tersebut, satu lagi pizza tergeletak di meja, tak tersentuh, sebuah peringatan bahwa ingatan tidak akan pergi begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun